Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Tong Kosong Nyaring Bunyinya Peribahasa Terpopuler di Indonesia

Zubaedah Hanum
16/10/2021 16:05
Tong Kosong Nyaring Bunyinya Peribahasa Terpopuler di Indonesia
Layar tangkap webinar peribahasa.(Youtube)

DARI begitu banyak peribahasa, ternyata peribahasa 'Tong Kosong Nyaring Bunyinya' menjadi yang terpopuler. Hal itu diungkapkan oleh peneliti dan dosen Sastra Indonesia dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM Sailal Arimi.

"Dalam penelitian (disertasi) saya, peribahasa ‘tong kosong nyaring bunyinya’ paling banyak diacu masyarakat," ungkap Sailal saat berbicara dalam Seminar Nasional Kajian Linguistik berjudul ‘Argumentasi Keperibahasaan dan Nalar Kearifannya’ yang disiarkan melalui kanal Youtube Kanal Pengetahuan Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Menurutnya, setiap masyarakat di dunia mempunyai peribahasanya masing-masing dan jika dilakukan survei, dapat ditemukan peribahasa yang paling banyak diacu oleh setiap masyarakat. Hasil tersebut kemudian dapat menggambarkan nalar kearifan (paremiological minimum) masyarakat.  

Dari penelitiannya juga diketahui bahwa peribahasa yang paling banyak diacu masyarakat Jepang adalah ‘monyet sekalipun akan jatuh dari pohonnya’." Pesan yang sama seperti peribahasa 'Sepandai-pandai tupai melompat, akan jatuh juga," yang dimiliki Indonesia.

"Dari perbandingan tersebut, kita mengetahui jika peribahasa itu bersifat universal.  Peribahasa itu ada dalam pikiran kita. Tidak hanya dalam konteks daerah tertentu, tetapi juga universal yang diwariskan oleh nenek moyang kita," kata Sailal.

Masyarakat umum mengetahui peribahasa sebagai sebuah ungkapan, kalimat atau kiasan yang indah dan estetis, berisi gambaran atas suatu keadaan, mengandung pesan atau makna tertentu, dan digunakan untuk memberikan nasihat.  

Namun bagi Sailal, definisi peribahasa lengkapnya adalah media penyimpan kearifan, tempat potongan sejarah atau kebudayaan masyarakat, kemudian sebagai sarana pengungkap, ilustrator, pernyataan, dan alat penasihat yang beharga, lalu untuk menjelaskan masalah yang kompleks, atau sebagai alat komunikasi untuk mendapatkan posisi terhormat dalam masyarakat.  

Dinamis
Selain universal, Sailal mengatakan bahwa peribahasa juga bersifat dinamis. Ia menyontohkan, peribahasa 'Mulutmu adalah harimau-mu' adalah salah satu peribahasa yang populer digunakan. Ungkapan ini berarti bahwa perkataan bisa menjadi “senjata tajam” sehingga dapat menyakiti orang lain jika tidak dijaga.

Namun, dewasa ini kita menemukan peribahasa yang sedikit berbeda, yakni ‘Jarimu adalah harimau-mu’. Lantas apa arti dari perbedaan dan perubahan itu? Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan peribahasa itu sendiri?

Sailal mengutarakan, perubahan dari peribahasa ‘mulutmu adalah harimau-mu’ menjadi ‘jarimu adalah harimau-mu’ merupakan contoh dari fenomena dinamika peribahasa.

“Jadi, peribahasa itu (sifatnya) dinamis. Dia (peribahasa) bergeser atau menyesuaikan (dengan) peristiwa sosial tempat dia berada sekarang. Misalnya kalau dulu kita ‘mulutmu harimau itu’ karena kita banyak berbicara, (atau) tidak menggunakan gadget. Tetapi sekarang gadget itu akan menjadi sumber bahaya kalau kita salah pencet. Oleh karena itu, muncul lah peribahasa baru yang disebut dengan peribahasa inovasi,” tutur Sailal. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya