Dedikasi Sang Penari dari Pelosok Negeri

Cicilia Eva, 35, saat menarikan tarian adat Dayak di Air Terjun Gua Maria Riam Macan, Desa Sei Mawang, Sanggau, Kalimantan Barat. Eva terus menari dengan harapan banyak generasi muda yang tertarik mengikuti jejaknya agar tarian dayak tetap terjaga dan tidak punah.

MELESTARIKAN tarian adat dan Nusantara seolah menjadi panggilan hati bagi Cecilia Eva. Bagi dia, melihat anak-anak bisa menari merupakan kesenangan dan kepuasan batin.

"Saya senang, suka menari. Saya senang melihat anak-nanak pintar menari. Bagi saya, menari selain mengekspresikan jiwa dalam gerak juga sebagai bagian dari ibadah. Karena kalau menari kita harus tulus jujur dari dalam hati. Kalau kita menari seperti ada sebuah atmosfer mengikuti kita bergerak," ungkap penari dayak legendaris dari Kalimantan Barat, Cecilia Eva.

Menurut Eva, suku dayak memang dekat dengan alam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menari di alam terbuka bagi dirinya juga menggambarkan keindahan alam melalui bentuk tubuh.

"Saya latihan biasanya di rumah, kalau melatih biasanya anak-anak dari daerah pedalaman," katanya lagi.

Eva mendedikasikan diri untuk melatih tari dayak dan tarian Nusantara bagi anak-anak pedalaman Entikong, Kalimantan Barat. Di Sanggar Komunitas Benua Tampun Juah ini lah generasi muda bersama-sama diajarkan olah gerak tari dengan tidak mencontoh dari gerakan yang sudah ada.

Bagi Eva, meski dirinya mengajar di pelosok, namun anak-anak didiknya terbantu akan adanya jaringan internet. Biasanya, para anak-anak sanggar memanfaatkan jaringan internet untuk mengetahui apa saja jenis-jenis tarian yang ada.

Namun, untuk mendidik anak-anak sanggar agar memiliki karakter dan ciri khas, Eva selalu mengingatkan agar boleh melihat tarian lain tetapi tidak untuk dicontoh.

"Saya ingin anak-anak bisa belajar melalu internet, tapi jangan sampai meniru yang sudah ada. Internet kami gunakan untuk stimulan mereka harus gunakan pertumbuhan alami mereka untuk menari," jelas dia.

Selain itu, Eva mengaku dirinya pun banyak belajar melalui koneksi internet. Dari situ pula, Eva mengetahui bagaimana cara penanganan pertama saat ada insiden kecelakaan saat latihan menari.

"Internet itu membantu sekali ya. Pertama kalau buat saya ini untuk melihat dunia luar apa saja yang sedang tren, yang sedang berkembang. Dari internet pula saya tahu bagaimana cara menanggulangi cedera pada otot dan macam-macam lagi. Sangat membantu. Anak didik saya juga bisa mengenal hal lain," jelas dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sanggau, Joni Irwanto, menyebut saat ini jaringan internet di Kabupaten Sanggau sudah tersambung sekitar 67%. Masih ada sekitar 33% wilayah yang belum terjangkau.

"Jika dibandingkan dengan dulu, memang saat ini sudah jauh berkembang. Pemanfaatan jaringan ini sangat dirasakan oleh masyarakat," jelas dia.

Menurut Joni, dia melihat program BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasin dan Informasi) dari Kominfo punya konsistensi dan strategi untuk membuka jaringan internet dan komunikasi di Indonesia. Dengan adanya Bakti dan bantuan menara mini, dikatakannya, sangat membantu dalam rangka membuka isolasi komunikasi di Indonesia, khususnya Kabupaten Sanggau.

"Jaringan internet di Kabupaten Sanggau memang sudah mengalami perkembangan yang signifikan. Peranannya amat besar untuk mempromosikan seni dan budaya di Kalimantan. Salah satunya tarian among dan tarian lainnya dari suku dayak," tandas dia. (Gan/S2-25)