Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Badai Sitokin, Penyebab Kerusakan Paru Penderita Covid-19

Suryani Wandari Putri Pertiwi
03/10/2020 17:05
Badai Sitokin, Penyebab Kerusakan Paru Penderita Covid-19
Seorang petugas menutup pintu ruang perawatan COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura, Palu, Sulawesi tengah, Rabu (30/9).(ANTARA/BASRI MARZUKI)

Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas Andani Eka Putra menyatakan perusakan paru-paru pada penderita covid-19 bukan disebabkan oleh virus.

Menurutnya virus apapun tak punya toksin atau racun dan tak punya protein yang bersifat proteolitik atau merusak dinding sel tubuh. Ia mengatakan kerusakan pada paru-paru terjadi karena adanya badai sitokin.

"Virus tidak punya protein yang bersifat proteolitik. Kerusakan yang terjadi pada paru-paru kita itu terjadi karena badai sitokin begitu istilahnya," kata Andani dalam diskusi virtual Polemik MNC Trijaya bertajuk Sinergi Mencari Obat Covid, Sabtu (3/10).

Baca juga: LBH Konsumen Jakarta: Tindak Tegas RS Palsukan Status Pasien Covid
 

Badai sitokin atau cytokine storm merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh atau imun. Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

"Jadi bagian paru-paru yang terinvfeksi virus diserang oleh sistem imun secara berlebihan. Ituu menumbiukan proses peradangan masif pada jaringan paru-par," katanya.

Sehingga kata Andani, pada pegobatan covid-19 salah satunya menekan sistem imun. "Contohnya pada pasien covid, proses tingkat pebelahan sel imun meningkat maka diberikan obat yang bisa menghambat pembelahan sel imun tadi," lanjutnya.

Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai. Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru. Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas. Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya