Staf Khusus Terawan Luruskan Isu Klaster Perkantoran

BELUM lama ini sebuah acara webinar yang bertema Analisis Data Cluster Perkantoran, dimunculkan data ada 59 klaster dan 375 kasus. Istilah klaster perkantoran mulai muncul di wilayah DKI Jakarta setelah ditemukan adanya karyawan kantor positif covid-19. Munculnya klaster perkantoran setelah Jakarta selesai melaksanakan PSBB dan kantor-kantor mulai melakukan aktivitas.

Baca juga: Jatim Membara, Menkes Terawan Sampai Ngantor di Surabaya

Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan SDM Kesehatan, dr Mariya Mubarika menanggapi munculnya data klaster perkantoran, setelah pihaknya mengecek langsung ke Dinas kesehatan DKI Jakarta. 

"Terkait data tersebut, ini bukan semuanya klaster. Tetapi junlah yang terpapar sejak awal covid-19 yang muncul di kantor tersebut. Jadi bukan karena perkantoran dibuka terus muncul banyak sekali klaster. Contohnya Kemenkes dari 3.000 lebih pegawai di Gedung Rasuna Said No 4 itu ada klaster dalam analisis tersebut yang terkena berjumlah 10 orang. Ini salah. Tidak terbentuk klaster di Kemenkes tetapi mungkin itu jumlah dari sejak awal Maret 2020. Ini juga penularan bukan di Kemenkes atau dari gedung Kemenkes. Tetapi ada yang merupakan kontak erat keluarganya yang terinfeksi, tertular klaster lain dan ada pula yang dari bepergian," kata Mariya dalam keterangan tertulis, Jumat (31/7).

Analisa data klaster perkantoran di DKI Jakarta. (Dok Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan SDM Kesehatan, dr Mariya Mubarika)

"Malahan dari yang terinfeksi tersebut masuk kantor, ketika kami skrining di unit tempat orang tersebut bertugas tidak menimbulkan penyebaran. Karena di Kemenkes menjalankan protokol kesehatan, asimtomatik juga akan aman tidak menularkan jika benar menjalani protokol kesehatan di gedung perkantoran." tambahnya.

Berdasarkan definisi, klaster coronavirus terjadi ketika ada infeksi yang terkonsentrasi di daerah yang sama pada saat yang sama. Secara umum, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan pola penularan dengan kategori kasus sporadis,  kasus klaster dan transmisi komunitas. Kasus sporadis mengacu pada sejumlah kecil kasus (satu atau lebih) yang diimpor atau terdeteksi secara lokal.

Kemudian kasus klster mengacu pada kasus-kasus yang dikelompokkan dalam waktu, lokasi geografis dan atau oleh paparan umum. Transmisi komunitas mengacu pada penyebaran yang lebih besar dari transmisi lokal yang dapat didefinisikan melalui pendekatan yang berbeda. Termasuk sejumlah besar kasus yang tidak terkait dengan rantai transmisi dan beberapa klaster yang tidak terkait di beberapa daerah. 

Mariya menambahkan Kemenkes tidak ingin masyarakat gusar dengan disinformasi ini. Sebab ini bukan klaster penularan di kantor tetapi jumlah dari orang yang terinfeksi yang merupakan karyawan kantor tersebut, dengan jumlah kasus sejak pertama kali muncul.  Meskipun ada yang benar memang klaster perkantoran.

"Tetapi banyak perkantoran yang ada dalam list itu kami tahu persis klasternya bukan gedung kantor itu. Bahkan ada yang malahan selama terinfeksi belum pernah masuk kantor, karena di DKI sempat PSBB yang semua karyawannya work from home."

Standar operasional dari satu kasus yang positif dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Dari hasil PCR itu akan dilakukan tracing kepada semua yang merupakan kontak erat dan orang-orang yang pernah kontak dengan yang bersangkutan. Tracing ini dilakukan oleh dinas kesehatan setempat. Bagi yang bergejala dilakukan tes PCR dan hasilnya dilaporkan kepada Kemenkes RI melalui aplikasi All Record TC 19.

Berdasarkan revisi ke 5 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, maka hasil tes pasien terkonfirmasi sakit sedang dan pasien sakit ringan dengan penyulit atau komorbid akan menjalani perawatan di Rumah Sakit. Sedangkan pasien dengan gejala ringan tanpa ada penyulit dan komorbid dilakukan isolasi mandiri di rumah. 

“Perlu diketahui covid-19 ini adalah new emerging disease, maka definisi yang salah harus diluruskan, agar pemahaman masyarakat tidak terjadi distorsi. Dan definisi serta tata laksana pun sifatnya living terus berkembang menyesuaikan dengan science terbaru. Yang terpenting adalah protokol kesehatan. Protokol kesehatan ini adalah protokol anti Covid 19, buat perkantoran sudah diatur dengan jelas, Kemenkes RI juga memberikan pembinaan khusus ke kantor-kantor di bawah Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, kalau ada perkantoran yang belum memahami bagaimana cara aman membuka kembali perkantoran, silahkan bagian K3 kantor tersebut menghubungi Kemenkes RI," harapnya. 

baca juga: Belajar dari Sejarah Pandemi Flu Spanyol 1918

Jika memang ada klaster perkantoran artinya ada protokol yang dilanggar, karena kasus asimtomatik sekalipun beraktivitas risikonya amat sangat sedikit untuk menularkan jika mengikuti protokol kesehatan. 

"Kita tahu bahwa tes-tes yang ada sifatnya real time. Jika hasilnya negatif maka artinya negatif pada saat itu, satu jam kemudian bisa saja terinfeksi, dan tidak mungkin semua orang dites setiap hari. Kontak erat dengan kasus positif pun dites jika bergejala, jika tidak bergejala maka isolasi mandiri 14 hari, sehingga yang terpenting adalah protokol kesehatan, karena kita sulit membedakan asimtomatik," pungkasnya. (OL-3)