Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ahli Perkirakan Covid-19 di Indonesia Baru Reda Dalam 3 tahun

Putri Anisa Yuliani
09/7/2020 12:50
Ahli Perkirakan Covid-19 di Indonesia Baru Reda Dalam 3 tahun
Tim medis Puskesmas Kecamatan Sawah Besar melakukan swab test di Pasar Gang Lilin, Sawah Besar, Jakarta Pusat (1/7/2020)(MI/Andri Widiyanto)

Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono menyebut covid-19 baru akan mereda di Indonesia dalam jangka waktu 2-3 tahun. Hal ini bercermin dari upaya pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang tidak optimal dalam mencegah penyebaran covid-19. Sejak awal, pemerintah pusat lalai mencegah penyebaran covid-19 ketika penyakit yang awalnya disebut 'pneumonia Wuhan' itu merebak.

Saat itu, pemerintah tidak buru-buru menerapkan pembatasan berpergian bagi warga. Bahkan pelarangan mudik yang dilakukan sejak 24 April, menurut Pandu, sudah terlambat untuk menghentikan penyebaran covid-19.

Pasalnya, kata Pandu, ada dua hal utama yang menyebabkan penderita covid-19 di Indonesia tinggi, yaitu jumlah penduduk yang besar dan mobilitas yang tinggi.

"Maret kita sudah memperkirakan bahwa ini akan terjadi penularan yang cepat dan tinggi sebab jumlah penduduk besar dan orang-orang masih traveling sebagian besar di Pulau Jawa dan daerah Sulawesi Selatan," jelas Pandu dalam webinar Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Covid-19 yang diselenggarakan Bappenas, Kamis (9/7).

Baca juga: Dahlan Iskan: Cuma Sumbar yang tidak Beli Alat Rapid Test

Virus, lanjutnya, menyebar bukan karena tempat tinggal semata, tapi karena perilaku penduduknya yang sering berpergian atau berinteraksi dengan yang lain.

Selain itu, penyebab masih lamanya covid-19 melanda Indonesia dinilai karena pemerintah pusat juga tidak tegas terhadap upaya pemeriksaan (testing) untuk mengetahui penyebaran covid-19 dengan membiarkan banyak daerah yang menggunakan rapid test dan tidak menekankan pada tes usap PCR yang memiliki keakuratan lebih tinggi.

"Ada banyak daerah yang sengaja nggak melakukan 'testing' supaya kelihatan kasusnya ini kecil. Padahal kalau dites, itu merah. Indonesia ini sudah merah semua. Saat ini baru 2% yang terinfeksi dari 270 juta penduduk. Sampai 5% saja belum dan itu potensi. Kita ini semua berpotensi menyebarkan," jelas Pandu.

Oleh karena itu, sejak awal ia selalu menyarankan agar pemerintah, baik pusat maupun daerah tidak lagi mengunakan rapid test, tetapi tes usap PCR karena lebih akurat untuk mendeteksi covid-19. Dari situ, nantinya, kebijakan untuk penanganan akan bisa lebih ditingkatkan mengikuti perkembangan penemuan kasusnya.

"Jangan mimpi gelombang kedua. Gelombang pertama saja kita belum selesai apalagi gelombang kedua. Gelombang pertama saat ini saja kalau begini terus bisa jadi 2-3 tahun lagi baru selesai. Kecuali secara ajaib ada yang bisa menghentikan. Supaya cepat landai apa? Kita harus lacak, tes, isolasi/tangani," tegasnya. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya