Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BERBAGAI tantangan masih meliputi upaya pemerintah untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS di Indonesia. Salah satunya, yaitu keterjangkauan obat untuk anak penyandang HIV/AIDS (ADHA).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, jumlah ADHA berada di angka 2.188 jiwa dari total ODHA sebanyak 349.882 jiwa di Indonesia. Persentase jumlah ADHA yang sedikit menyebabkan obat HIV/AIDS untuk anak yang merupakan produk impor, sulit masuk ke Indonesia.
"Obat anak, sebenarnya sudah berapa kali kita bicara, persoalannya adalah jumlah ADHA terlalu sedikit. Jadi kalau beli obat misalnya hanya untuk 200 anak itu tidak bisa impor. Karena untuk impor, itu harus dalam jumlah besar. Dari aspek ekonomi, itu tidak menjanjikan untuk importir," kata Ketua Panli HIV/AIDS dam PIMS Sjamsuridjal di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11).
Obat anak yang dimaksud Sjamsu adalah obat anak dalam bentuk sirup. Saat ini, anak dengan HIV/AIDS banyak mengkonsumsi obat yang sama dengan orang dewasa, yaitu dalam bentuk tablet dengan dosis yang disesuaikan.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementes Anung Sugihantono menambahkan, ADHA akan mendapatkan manfaat yang sama saat mereka mengkonsumsi obat untuk orang dewasa. Namun begitu, ke depannya, hal itu harus menjadi perhatian.
Baca juga : AS dan Indonesia Perluas Kolaborasi untuk Tanggulangi HIV/AIDS
"Sebenarnya kalau anak minum obat tablet yang dipotek, manfaatnya sama karena isinya sama. Permasalahannya lebih ke presisi dari dosis yang ada. Itu yang harus disempurnakan ke depan, selain itu cara menyediakan untuk anak supaya anak mau minum," bebernya.
Anung menyebut, saat ini sendiri pemerintah tengah melakukan upaya agar obat yang masih sulit dijangkau di dalam negeri dapat diproduksi sendiri oleh produsen farmasi lokal.
"Kalau bisa diproduksi di Indonesia melalui BUMN di bidang farmasi atau swasta yang memang mau mengambil obat langka, ini yang sedang diupayakan kemenkes melalui kemudahan investasi," ucapnya.
Untuk jangka pendek sendiri, pemerintah Indonesia juga telah berkolaborasi dengan sejumlah pihak agar mudah mengimpor obat HIV/AIDS untuk anak dalam jumlah kecil.
"Kita berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk hal-hal semacam ini. Bisa juga kita difasilitasi global fund secara regional kita bisa beli obat tertentu untuk jumlah tertentu," tandasnya. (OL-7)
Di Indonesia pada 2021 lalu tercatat 51% angka infeksi baru HIV ada pada orang muda usia 15-24 tahun dan berdasarkan jenis kelamin 60% adalah laki-laki dan 40% perempuan.
Apa saja penyakit yang dapat menimpa sistem reproduksi? Berikut pembahasan beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Penyelesaian persoalan di DIY dilakukan dengan pendekatan budaya, sehingga tidak hanya instruksional saja.
Prostitusi online dan penyuka sesama jenis atau LGBT menjadi faktor pendorong tingginya angka HIV/AIDS di Kabupaten Subang.
INDONESIA disebut dapat mencontoh Tiongkok dan India dalam praktik menanggulangi penyakit tuberculosis. Kedua negara itu ada di 3 besar bersama Indonesia dalam jumlah kasus TB di dunia,
Ketika virusnya sudah terkontrol maka pemerintah harus bisa mengupayakan agar pemeriksaan dan pengambilan obat dilakukan tiga bulan sekali saja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved