Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dorong Pertumbuhan Industri Manufaktur Bernilai Tambah Tinggi

M. Ilham Ramadhan Avisena
25/6/2024 16:05
Dorong Pertumbuhan Industri Manufaktur Bernilai Tambah Tinggi
Pekerja beraktivitas di pabrik baja di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (12/1/2023).(Antara/Fauzan)

PEMERINTAH akan mendorong transformasi industri manufaktur dari bernilai tambah rendah menjadi bernilai tambah tinggi. Hal itu disebut akan meningkatkan geliat industri manufaktur di dalam negeri dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam seminar nasional Kajian Tengah Tahun Indef bertajuk Presiden Baru, Persoalan Lama, Selasa (25/6). "Sektor manufaktur kita selama bertahun-tahun banyak didominasi oleh low value added dan membuat terms of trade kita kalah. Jadi, kita memang harus mengubah, mentransform industri dari low value added jadi high value added," ujarnya.

Indonesia, kata Febrio, selalu memiliki neraca transaksi berjalan yang defisit. Itu salah satu sebabnya ialah industri pengolahan dalam negeri memiliki nilai tambah yang rendah. Perubahan mulai terjadi ketika pemerintah memutuskan untuk menerapkan penghiliran komoditas mentah di dalam negeri.

Baca juga : Lapangan Usaha Industri Manufaktur Berkontribusi 18,67% Terhadap Ekonomi

Pada 2022, misalnya, kondisi transaksi berjalan Indonesia mengalam surplus 1% dari PDB. Selain karena ada kenaikan harga komoditas, kontributor terbesar juga berasal dari industri pengolahan smelting. Komoditas besi dan baja membukukan nilai ekspor US$20 miliar, naik drastis dari kondisi 2014 yang tercatat US$2 miliar.

Komoditas lain yang saat ini tengah didorong ialah tembaga. Dalam lima tahun terakhir, pengolahan tembaga di dalam negeri hanya berakhir pada produk konsentrat dan hanya memiliki nilai ekspor US$9 miliar per tahun. Pemerintah mendorong agar pengolahan dilanjutkan ke produk turunan lainnya seperti katoda.

"Kalau lihat di London Market Exchange, copper 99% itu katoda. Nilai ekspornya dua kali lipat dari konsentrat. Lebih jauh lagi, kita dorong katoda diolah lebih jauh lagi, paling dekat ialah kabel tembaga, itu nilainya bisa 7 kali lipat dari katoda," terang Febrio.

Karenanya, kata dia, pemerintah akan terus mendorong industri manufaktur di Tanah Air memiliki nilai tambah yang tinggi. Dengan begitu, diharapkan akan ada penciptaan lapangan kerja dan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat.

Harapan besar dari penghiliran itu ialah Indonesia bisa berperan dan ambil bagian ke dalam rantai pasok global dunia. Dus, perekonomian Indonesia akan mampu tumbuh jauh lebih tinggi dan mampu bersaing di level dunia. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu
Berita Lainnya