Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ISTILAH smelter sering menjadi sorotan ketika berbicara soal dunia pertambangan. Dalam konteks industri pertambangan mineral logam, smelter memegang peran krusial dalam proses produksi.
Mineral yang diekstraksi dari alam seringkali tercampur dengan kotoran atau material bawaan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, tahapan pembersihan dan pemurnian mineral ini dilakukan di smelter.
Pemerintah saat ini sedang fokus pada kebijakan penghiliran produk tambang dan pembangunan smelter. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kemandirian negara dalam pengolahan bahan mentah tambang. Pada 2024, Indonesia menargetkan pembangunan 53 proyek smelter dengan total investasi mencapai US$19,9 miliar.
Baca juga : DPR Kritisi Tingkat Keselamatan Pekerja Tambang yang Rendah
Smelter adalah sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang, memainkan peran krusial dalam meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak hingga mencapai standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses ini melibatkan pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian.
Pentingnya pembangunan smelter di Indonesia tidak terbatas pada perusahaan besar saja, melainkan juga mencakup perusahaan kecil. Saat ini, sedikitnya ada 66 perusahaan tambang yang tengah melakukan pembangunan smelter di Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 2011-2014, Jero Wacik, menjelaskan 66 perusahaan tersebut merupakan bagian dari 253 perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang telah menandatangani pakta integritas sejak diterbitkannya Peraturan Menteri No.7/2012.
Baca juga : Laba Menurun, Kinerja Amman Mineral Masih Tangguh
Istilah "smelter" sendiri berasal dari proses yang dikenal sebagai smelting. Dalam konteks pertambangan, smelting adalah proses ekstraksi bijih logam murni dari bumi. Artinya, smelting adalah cara memisahkan logam murni dari bijih yang mengandungnya. Tempat di mana proses smelting dilakukan disebut sebagai smelter.
Smelter umumnya ditemukan di perusahaan pertambangan mineral logam, termasuk tembaga, platinum, nikel, bauksit, besi, rhodium, perak, dan emas. Keharusan memiliki fasilitas smelter menjadi bagian integral dari regulasi bagi perusahaan pertambangan mineral logam, baik yang berskala besar maupun kecil di Indonesia.
Smelter sebagai fasilitas utama dalam industri pertambangan, memiliki peran sentral dalam menjalankan proses peleburan untuk menghasilkan logam murni yang memenuhi standar kualitas tinggi dan dapat digunakan dalam berbagai industri.
Baca juga : MHU-MMSGI Sabet Penghargaan Aditama pada GMP Award 2023
Selain fungsi utamanya tersebut, smelter juga berperan krusial dalam menghilangkan kontaminan yang mungkin terdapat dalam bijih logam, memastikan bahwa produk akhirnya memenuhi standar kualitas tertentu.
Keberadaan fasilitas smelter bukan hanya sekadar kebutuhan operasional bagi perusahaan tambang, namun juga menjadi kunci keberhasilan dalam optimalisasi produksi dan produktivitas. Proses peleburan yang efisien dan pengolahan bijih yang baik di dalam smelter mendukung efektivitas operasional perusahaan tambang, menciptakan lingkungan produksi yang lebih efisien.
Dalam konteks regulasi di Indonesia, smelter menjadi suatu keharusan bagi perusahaan penambang mineral logam sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kewajiban ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembangan smelter, dengan harapan dapat meningkatkan kemandirian industri tambang dalam memproses bahan mentah hasil tambangnya.
Baca juga : Saham Amman Mineral Diprediksi Terus Menguat di Kuartal Ketiga
Selain menjadi kebutuhan industri, smelter juga memberikan kontribusi ekonomis yang signifikan. Melalui proses smelting, hasil tambang mendapatkan peningkatan nilai jual yang berpotensi menciptakan lapangan kerja baru. Tak hanya itu, pembangunan smelter baru juga dapat menjadi pendorong pengembangan potensi daerah dan menjadi daya tarik bagi investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tahapan proses di smelter melibatkan langkah-langkah seperti penghancuran bijih, pengapungan untuk pemisahan mineral berharga, pemurnian melalui peleburan, pemisahan logam dari sisa mineral pengotor, dan pemurnian terakhir jika diperlukan.
Dalam operasinya, smelter mempertimbangkan tingkat keaktifan logam pada jenis bijih yang diolah. Tingkat keaktifan logam memengaruhi proses reduksinya, di mana semakin tinggi tingkat keaktifan, proses reduksi menjadi lebih sulit, dan sebaliknya. Contohnya, logam dengan tingkat keaktifan tinggi seperti magnesium dan aluminium menghadapi proses reduksi yang lebih sulit, sedangkan logam dengan tingkat keaktifan rendah seperti emas dan tembaga mengalami proses reduksi yang relatif lebih mudah.
Baca juga : Amman Mineral Internasional Reklamasi Bekas Tambang untuk Perbaiki Lingkungan
Terdapat berbagai jenis material logam yang memerlukan proses smelter dengan tujuan memisahkan logam dari bijih mineralnya dan meningkatkan tingkat kemurniannya, sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa contoh material logam yang umumnya diolah menggunakan smelter melibatkan:
1. PT Gunbuster Nickel Industry
PT Gunbuster Nickel Industry adalah salah satu pemain utama di industri smelter dengan kapasitas produksi yang besar. Didirikan pada tahun 2019, perusahaan ini memiliki 25 jalur produksi menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan mampu menghasilkan 1,9 juta ton nickel pig iron (NPI) setiap tahunnya. Smelter nikel Gunbuster terletak di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Baca juga : Permintaan Bahlil agar Freeport Bangun Smelter di Papua Disebut Terlalu Muluk
2. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
Bagian dari Harita Group PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) berperan dalam industri smelter melalui anak usahanya PT Megah Surya Pertiwi. Dengan menggunakan teknologi RKEF, smelter ini memiliki kapasitas 240.000 ton dan menghasilkan feronikel dari empat jalur produksi. Di bawah Harita Group, PT Halmahera Jaya Feronikel juga berkontribusi dengan smelter berkapasitas 780.000 ton per tahun.
3. PT Halmahera Persada Lygend (HPL)
Baca juga : Pelaku Usaha Berharap Keamanan Investasi di Konawe Utara Terjaga
PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang dimiliki sebagian oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), mengoperasikan smelter dengan kapasitas 160.000 ton per tahun untuk pengolahan nikel sulfat dan nikel limonit. Nickel sulfat yang dihasilkan menjadi bagian penting dalam katoda baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
4. PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia
Berada di bawah Huadi Indonesia PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia mengelola smelter dengan kapasitas produksi 350.000 ton di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Smelter ini beroperasi sejak 2018 dan fokus menghasilkan feronikel.
Baca juga : 5 Perusahaan Dapat Relaksasi Ekspor Mineral Mentah, Salah Satunya Freeport
5. PT Central Omega Resources Tbk (DTKF)
PT Central Omega Resources Tbk (DTKF) aktif di industri pertambangan nikel sejak 2011, mengelola smelter nikel melalui PT COR Industri Indonesia di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dengan kapasitas produksi 300.000 ton feronikel per tahun, smelter ini dibangun dalam dua fase.
7. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Baca juga : Jatam Desak Pemerintah Evaluasi PT IMIP Terkait Dua Pekerja Tewas Tertimbun Limbah Nikel
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sedang mengembangkan tiga proyek smelter nikel di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara dengan total nilai proyek sekitar USD9 miliar. Smelter di Pomalaa direncanakan akan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPLA) dan memiliki kapasitas produksi hingga 120.000 ton per tahun.
8. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memiliki lini bisnis pertambangan dan pengolahan nikel. Selain dari tambang nikel di beberapa lokasi, ANTM juga mengoperasikan tiga smelter dengan empat jalur produksi, dengan kapasitas total mencapai 27.000 ton nikel dalam feronikel.
Baca juga : Menteri ESDM: PT Freeport Masih Diizinkan Ekspor Konsentrat Tembaga
(Z-5)
Jumlah karyawan di PT Vale pada 2023 berjumlah 3.023 orang, terdiri dari 2.714 laki-laki dan 309 perempuan. Seluruh karyawan bekerja penuh waktu, tanpa pekerja borongan.
PGI mengapresiasi niat baik Presiden Jokowi dalam hal ini. PGI menilai sedikitnya dua hal dari Presiden akan hal ini.
Muhammadiyah berkomitmen menjalankan izin tambang sesuai amar makruf nahi munkar secara elegan dan bermartabat sesuai kepribadian Muhammadiyah.
PT Petrindo Jaya Kreasi membukukan laba bersih sebesar US$30 juta pada semester pertama 2024. Angka itu mengalami peningkatan dari posisi laba US$11 juta di semester pertama 2023.
PARTAI Amanat Nasional (PAN) mengapresiasi dan menghormati keputusan PP Muhammadiyah yang siap mengelola tambang yang diberikan pemerintah.
Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi penambangan ini, merupakan salah satu poin penting dalam prinsip Good Mining Practice.
PENERAPAN smart mining atau pertambangan cerdas melalui adopsi teknologi terkini seperti kecerdasan buatan, machine learning, dan robotic.
Forum Cik Di Tiro dan Jaringan Gugat Demokrasi (JAGAD) menggelar aksi simbolis untuk mendesak PP Muhammadiyah agar menolak tawaran mengelola bisnis tambang di Indonesia.
Tidak hanya bermanfaat untuk internal, tim tanggap darurat juga harus siap membantu misi kemanusiaan di sekitarnya baik skala lokal, regional bahkan nasional.
PT Vale menekankan pentingnya penerapan prinsip-prinsip Environment, Social and Government (ESG) untuk menjaga masa depan industri, khususnya pertambangan.
KETUA Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Azrul Tanjung mengakui bahwa pihaknya menerima tawaran untuk mengelola tambang dari pemerintah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved