Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Bali bukan sekadar Pariwisata

Jek/M-3
27/10/2022 07:45
Bali bukan sekadar Pariwisata
Pemilik Rosalie Cheese Anak Agung Ayu Sri Utami Linggih.(Dok. Rosalie Cheese)

SAAT ini Rosalie Cheese yang bermarkas di Bali telah mempekerjakan setidaknya 30 karyawan. Mereka terdiri atas enam peternak kambing penghasil susu di Banyuwangi, Jawa Timur, 10 tim utama Rosalie, dan para pekerja harian di dapur utama. Dengan demikian, Rosalie juga turut membuka kemungkinan warga Bali tidak cuma bertumpu pada industri pariwisata.

“Sekarang suplai (susu kambing) sudah lumayan banyak. Otomatis ini juga membuka lowongan pekerjaan di Banyuwangi. Dari yang tadinya tidak pernah kirim ke luar Banyuwangi, sekarang mereka bisa dan kami ajari cara pengiriman yang baik agar kualitas susu kambingnya terjaga dengan bagus,” kata pemilik Rosalie Cheese Ayu Linggih.

“Dari sekeliling kami, pegawai di sini sebelumnya mungkin opsinya cuma bekerja di sektor pariwisata. Tapi sekarang mereka ada pilihan baru. Sebelum pandemi kan Bali sangat bergantung sekali dengan pariwisata, kalau melihat situasi pandemi kemarin, para pekerja kami malah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mereka masih bisa bekerja penuh waktu,” tambahnya.

Saat ini, untuk mengenalkan cita rasa keju lokal Rosalie Cheese juga rutin membuka sesi uji rasa keju (cheese tasting) di kantor produksi utama mereka di Bali. Pelanggan akan mendapat kesempatan menjajal cara mengonsumsi keju yang dipadukan dengan bahan pangan lain, bukan saja dengan wine. Sesi ini, menurut Ayu, juga karena mereka mendengar masukan dari pelanggan dan berupaya untuk mengakomodasinya.

“Memang keju bukan makanan lokal. Tapi saya bisa bilang Rosalie 90%-nya lebih lokal daripada tempe, yang masih harus impor kedelai. Di cheese tasting, bukan cuma soal keju lokalnya yang ingin kami angkat, melainkan juga kulturnya. Jadi, ada tiga pilihan pairing cheese, pertama ada tropical fruits, kedua dengan cokelat, dan ketiga dengan teh. Tropical foods ini kami coba hadirkan terung belanda, sawo. Bahkan kami hadirkan tapai singkong, yang ternyata nyambung banget dengan keju. Jadi bukan cuma kenalkan keju bahan lokal, tapi kultur kita sebagai orang Indonesia memakan (keju) itu bagaimana.”

Pada 15 November, Rosalie pun mengadakan cheese tasting di Jakarta. Kesempatan itu memang jadi cara untuk mengenalkan bahan baku keju bisa disajikan dengan berbagai kudapan lain. Termasuk saat mereka mengikuti pameran UMKM di Bali, di Pasar Nusa Dua yang diselenggarakan Smesco. Di kesempatan itu, Rosalie menghadirkan kudapan keju yang dipadukan dengan biskuit gandum.

“Pasar Nusa Dua Bali dari Smesco memang sudah bagus acaranya. Tapi menurut saya sepertinya audiensi yang hadir masih didominasi mereka yang berasal dari luar Bali, sementara warga Bali, atau orang luar Bali yang tinggal di Bali masih sedikit. Mungkin ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang kurang banyak atau kurang lama. Kalau dibandingkan dengan acara Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang sudah rutin, itu kan imbang pengunjungnya antara yang dari dan luar Bali,” papar Ayu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya