Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
LULUS sebagai sarjana fisika dengan IPK 3,1 tidak membuat Husna Ramdani, 32, membatasi ruang lingkup pekerjaan.
Setelah lulus dari Universitas Padjadjaran (unpad) pada 2015, Husna memilih mengikuti gairah yang dimiliki untuk mencari nafkah.
Akhirnya, dia terus menekuni bisnis yang telah ia rintis sejak masih kuliah, yakni membuka usaha konfeksi tas.
Baca juga : Niagahoster dan KiriminAja Dorong UMKM Jelajahi Potensi Digital Baru
"Semasa kuliah, saya sudah menekuni bisnis. Tujuan awalnya, saya ingin bisa hidup mandiri," ujar Husna dalam keterangan pers, Senin (10/1010.
Kini toko konfeksi tas milik Husna berada di Perum Cendikia 1, Jalan Kayu Jati Raya Nomor 30, Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Pria kelahiran Cianjur ini menuturkan, sejak masa kuliah, niat untuk membuka usaha sudah muncul karena tidak ingin selalu bergantung hidup dari orangtua.
Baca juga : Konektivitas di Pelosok Negeri
Selain itu, Husna menekuni bisnis karena ingin memberdayakan orang-orang di sekitarnya. Semasa kuliah di Unpad, Husna bekerja sama dengan teman kuliahnya berbisnis di bidang percetakan.
"Waktu kuliah saya bikin buku seperti modul-modul kuliah. Hasilnya sangat cukup untuk bayar indekos di Jatinangor dan memenuhi kebutuhan sehari-hari," tutur ayah dari Azkan Fawwaz Alfarizi tersebut.
Husna menuturkan, memasuki tahun terakhir kuliah, ia melihat potensi bisnis lain. Pada saat itu, di pasaran di sekitar wilayahnya belum banyak produk tas selendang atau gendong bayi.
Baca juga : Gebyar Wirausaha, Ulas Transformasi Bisnis hingga Spiritual
"Saya lihat waktu itu banyak sekali ibu-ibu yang bawa anaknya di motor tanpa pelindung. Dari sana, saya kepikiran untuk buat tas selendang untuk gendong bayi, supaya saat di motor bawa anaknya, ibu-ibu merasa tenang, karena tahu anaknya aman," sebut Husna.
Husna mengatakan, potensi bisnis tersebut didukung dengan banyaknya warga di sekitar rumah kosnya yang berprofesi sebagai penjahit.
"Waktu mau lulus itu saya juga bingung, sudah banyak orang yang saya rekrut, yang saya ajak kerja sama, dan sudah mengandalkan saya untuk mencukupi kehidupannya. Kalau saya hentikan bisnis percetakan buku juga enggak enak sama mereka. Jadi setelah melihat adanya potensi tas gendong bayi itu, saya jadi tenang, karena mereka bisa tetap ikut kerja sama saya," tutur Husna.
Baca juga : BPBD Sumedang Penuhi Kebutuhan Pengungsi Angin Puting Beliung
Singkat cerita, menurut Husna, tas selendang bayi buah karyanya ini diminati pasar. Bahkan, ia sampai kewalahan memenuhi permintaan konsumen.
"Untuk memenuhi permintaan itu, saya libatkan penjahit di sekitar lingkungan tempat indekos. Hasilnya sangat memuaskan, permintaan pasar terus bertambah. Bahkan berkembang tidak hanya tas gendong bayi, tapi ke produksi jenis tas lainnya," kata Husna.
Lama-kelamaan, tas yang diproduksi tidak hanya tas gendong bayi, tetapi berupa tas promosi, tas olahraga, tas seminar, tas cendera mata, tas ransel, tas selempang, tas kantor, tas laptop, tas pakaian, tas wanita, dan jenis tas hadiah atau goodie bag.
Baca juga : Wirausaha Adalah: Pengertian, Sifat, Manfaat, dan Tujuan
Manfaatkan internet
Husna mengatakan, sejak awal merintis usaha tas ini, ia dan timnya fokus mengembangkan bisnis di internet.
"Saya pelajari internet, saya masuk ke jejaring blogger, sampai akhirnya saya menemukan banyak klien itu di internet. Sampai sekarang, transaksi bisnis yang saya jalankan itu 100% di internet. Jarang sekali saya dapat klien secara langsung," tutur Husna.
Baca juga : 10 Cara Mendapatkan Uang dari Facebook
Saat ini, Husna memiliki klien di lebih dari 40 kota se-Indonesia, mulai dari Aceh sampai ke Papua.
"Dari awalnya pesan via blog oscas.co.id, sekarang saya punya klien yang loyal. Mulai dari Aceh sampai Papua ada. Rata-rata, mereka puas dengan tas yang kami produksi," sebut Husna.
Husna mengatakan, setelah memiliki puluhan klien tetap dari berbagai daerah di Indonesia, sebagai legalitas ia membuat perusahaan persekutuan komanditer di bawah nama CV Oscas.
Baca juga : Tahun ini Pengguna Internet Indonesia Diperkirakan 221 Juta
Meski terpengaruh pandemi, menurut Husna, permintaan dari klien di berbagai daerah tetap ada. "Alhamdulillah, pandemi memang pengaruh ke omzet," ujarnya.
"Tapi alhamdulillah, kita masih bisa tetap eksis, memberdayakan puluhan penjahit di Jatinangor ini, di pabrik tas yang kami rintis ini," sebut Husna.
Husna berharap pandemi cepat berakhir, sehingga kegiatan seperti seminar dan pelatihan yang biasa membutuhkan banyak tas bisa kembali dilaksanakan.
"Karena sistem pemasaran kami juga di online, kami optimistis bisa terus berkembang. Dengan begitu, saya juga bisa terus memberdayakan warga di usaha tas ini," kata Husna. (RO/OL-09)
Pos Indonesia tidak hanya bertransformasi di bidang operasional dan bisnis perusahaan, tetapi juga reorientasi dari model bisnis tradisional ke bisnis logistik modern.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan segmen UMKM mendorong peningkatan proporsi kredit UMKM secara kumulatif.
Prioritas strategis utama bagi bisnis di Indonesia dalam dua tahun ke depan ialah meningkatkan produktivitas dan kinerja operasional (83%) serta kepuasan dan retensi pelanggan (77%).
MEMANFAATKAN dunia digital dalam bisnis merupakan hal yang sangat penting. Apalagi di era digitalisasi seperti sekarang.
Pendakwah Habib Jafar menyebut setiap kolaborasi yang dilakukan oleh para entitas bisnis lokal dapat memperkuat tali persaudaraan sebagai bangsa Indonesia.
Persaingan ketat mendorong produktivitas tenaga kerja, daya inovasi bisnis, dan tingkat upah yang semakin tinggi.
Awalnya, ia justru sempat dimarahi orang tuanya karena terlihat sering berada di depan komputer dibandingkan mencari pekerjaan
Arumi pun dirangkul juga brand-brand besar ternama seperti Elizabeth Arden, Loreal, Sociolla, dan sering menjadi tamu pembicara di komunitas Ibusibuk.
Setelah melalui perenungan panjang, Erwin yang kini berdomisili di Tangerang Selatan, Banten itu akhirnya memilih keluar dari pekerjaannya dan memutuskan untuk menekuni hobinya
Situasi berubah drastis ketika pandemi datang. Tika menjadi lebih aktif di media sosial dan bergabung dengan agensi yang spesialis dalam manajemen media sosial.
Selain itu, blogger Bayu Primadana berusaha untuk menghasilkan pendapatan melalui program Google AdSense.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved