Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) terus mengembangkan pangan lokal sebagai alternatif makanan utama selain beras. Di antaranya adalah sagu, jagung, ubi kayu, talas dan juga pisang.
Pengembangan ini bukan tanpa alasan mengingat Indonesia dan juga dunia saat ini tengah dihadapkan pada krisis global.
Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan, Inovasi dan Pembangunan Daerah Terluar, Billy Mambrasar mengatakan bahwa pangan lokal merupakan makanan pokok bagi masyarakat di sejumlah daerah.
Di Papua, kata Billy, komoditas sagu adalah makanan sehari-hari yang menjadi hidangan dapur selain jagung dan juga ubi kayu. Sagu juga menjadi makanan utama yang berbasis kearifan lokal.
"Jadi menurut saya perluasan diversifikasi dalam hal pengembangan sagu sebagai alternatif nasi sudah sangat tepat. Kita ini kan sangat kaya akan panganan lokalnya. Kita bisa makan talas, makan jagung atau ubi kayu. Tentu beras juga cukup karena stok kita di tahun ini mencapai 10 juta ton," ujar Billy yang merupakan putra dari Papua, Sabtu (8/10).
Billy mengatakan, panganan lokal sejatinya sudah ada sejak nenek moyang dulu. Indonesia bahkan dikenal dengan negeri sejuta rempah yang didalamnya juga terdapat sumber karbohidrat selain beras.
Baca juga: Para Mahasiswa Diundang Lakukan Penelitian Potensi Pangan Lokal
Karena itu, kebijakan perluasan diversifikasi adalah kebijakan tepat dalam mengembalikan kejayaan pangan lokal Indonesia.
"Kita harus bersyukur karena Indonesia adalah negeri yang sangat kaya. Kita bisa menemukan sorgum, sagu dan juga yang lainya dengan mudah. Kita bisa makan dengan gampang dan menanamnya dengan subur. Jadi sumber karbohidrat itu tidak hanya beras, masih banyak yang lain yang jauh lebih sehat karena rendah gula," katanya.
Untuk diketahui, Billy sendiri aktif pada berbagai kegiatan pelatihan petani milenial. Termasuk pelatihan kewirausahaan dan pelatihan mengolah panganan lokal. Tercatat saat ini ada 2.700 petani muda yang mengikuti pelatihan tersebut.
Senada, Pakar pangan dari Universitas Andalas, Muhammad Makky mendukung penuh upaya pengembangan pangan lokal.
Menurutnya, sumber karbohidrat memang bisa didapatkan dari mana saja termasuk dari enam komoditas yang saat ini tengah dikembangkan. Apalagi perluasan diversifikasi merupakan arahan langsung dari Presiden Jokowi.
"Saya pikir masih banyak sumber karbohidrat lain selain dari nasi. Prilaku dan tradisi sosial masyarakat menunjukkan hal ini. Dan yang lebih penting, sumber karbohodrat alternatif ini jauh lebih sehat karena menjadikan pola makan rendah Glikemik. Jadi perluasan diversifikasi pangan ini sudah sangat tepat dan karena itu harus kita dukung bersama," jelasnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa saat ini Kementan tengah mengembangkan enam komoditas sumber karbohidrat yang bisa mendukung diverifikasi dan menjadi pangan alternatif dalam menghadapi tantangan global.
"Semua bisa menjadi bahan subtitusi beras. Kenapa? karena kenyang itu kan gak harus beras. Kita bisa makan talas, makan kentang atau bahkan makan sagu. Dan itu adalah panganan masyarakat lokal kita sejak dulu," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, FAO dan IRRI memberikan penghargaan kepada Presiden Joko Widodo atas sistem ketahanan pangan yang kuat. Indonesia bahkan dinyatakan sebagai negara swasembada yang memiliki stok pangan cukup disaat situasi dunia yang tak menentu.
"Masyarakat tidak perlu kawatir karena stok beras kota masih dalam kondisi aman. Petani kita juga mulai masuk masa tanam utama Oktober-Maret, dan insyaallah pangan pokok kita akan terus cukup tersedia," jelasnya. (RO/OL-09)
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
Daun kelor kering sebanyak 100 gram diketahui mengandung senyawa protein 2 kali lebih tinggi daripada yoghurt, vitamin A yang 7 kali lebih tinggi daripada wortel.
Kesuksesan Serdang Bedagai memberi contoh bahwa pemberian pangan lokal, seperti ikan gabus sangat dibutuhkan untuk pengentasan stunting dalam waktu singkat.
Sagu, tanaman khas Papua yang kaya akan karbohidrat, kembali menemukan tempatnya di hati masyarakat Papua melalui proyek Lumbung Sagu yang menggabungkan tradisi dengan inovasi baru.
Kemendes PDTT bersama International Fund for Agriculture Development (IFAD) mendorong inovasi dalam meningkatkan ketahanan pangan kawasan pedesaan di Indonesia Timur.
Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari pusat penelitian beras dunia, IIRRI yang langsung diterima oleh Presiden RI atas keberhasilan mencapai swasembada beras.
Timwas Haji DPR RI menemukan sejumlah merek asal Indonesia dibajak negara lain. Beberapa merek tersebut di antaranya rojo lele untuk tepung, pandan wangi untuk beras.
Wakil Ketua DPR RI dari Partai NasDem, Rachmat Gobel, meninjau langsung industri pengolahan sagu dan singkong berkapasitas produksi 50 ton sehari di PT Bangka Asindo Agri (BAA).
Produk olahan sagu dan singkong dari PT Bangka Asindo Agri (BAA) di Sungailiat, Bangka, Provinsi Bangka Belitung, kini telah diekspor ke Tiongkok dan Jepang.
PRODUK yang dihasilkan dari produksi Sagu dan Singkong dari PT Bangka Asindo Agri (BAA) Sungai Liat, Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel) diekspor hingga ke Tiongkok dan Jepang.
Direktur Indef Ahmad Tauhid mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementan untuk memperkuat subtitusi pangan lokal sebagai pilar kekuatan bangsa Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved