Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Indonesia Kalau Mau Bisa Hasilkan Kedelai Sendiri

Media Indonesia
29/4/2022 21:45
Indonesia Kalau Mau Bisa Hasilkan Kedelai Sendiri
H Ayep Zaki(Dok pribadi)

KEINGINAN Presiden Jokowi agar kebijakan pemerintah berpihak kepada industri pertanian nasional dengan mengurangi bahkan menghilangkan produk impor, ditanggapi positif tokoh pertanian Indonesia, H Ayep Zaki.

Dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/4), Presiden Jokowi mengaku jengkel akibat sejumlah komoditas pangan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat seperti jagung dan kedelai masih impor. Padahal Indonesia bisa menanamnya sendiri. "Kedelai kita juga masih impor. Padahal banyak daerah yang sesuai penanaman kedelai," kata Presiden. 

Ayep menilai pernyataan Presiden Jokowi sangat tepat dan bernas. Pasalnya sebagai negara agraris sudah seharusnya Indonesia swasembada pangan dari tanah dan air nya sendiri. Itu sebabnya ia 'menantang' pemerintah kalau serius, tiga tahun budi daya kedelai bisa dirampungkan.

"Saya sedang dalam proses budidaya kedelai apabila pemerintah menghendaki tiga tahun ini selesai budidaya kedelai ini," ujar anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu.

Sebagai orang yang paham pertanian, Ayep mengungkapkan kedelai Indonesia merupakan tanaman sela yang ditanam di lahan pascapanen padi dilakukan. Agar Indonesia dapat mewujudkan swasembada kedelai, ia menghitung dibutuhkan sekitar dua juta hektare lahan dengan asumsi panen tiap hektarenya mencapai 1,5 ton. Itu sangat bisa dikerjakan karena lahan sawah di Indonesia tersedia sekitar 7,2 hingga 7,5 juta hektare. "Sehingga dipakai tanaman sela hanya dua juta hektare saja," imbuh Ketua Dewan Pakar NasDem Kabupaten Sukabumi itu.

Ayep pun mendorong kejelasan sikap dan langkah nyata pemerintah sebagai pihak pertama, agar dapat memberi perintah kepada pihak kedua yang memiliki integritas terhadap budidaya kedelai. Selain itu punya kompetensi keilmuan untuk melakukan budi daya kedelai di Indonesia.

Ekosistem pertanian Tanah Air sudah sangat maju baik meliputi aspek teknologi, bibit hingga kebutuhan pupuk dan nutrisi tanaman kedelai. Yang dibutuhkan cuma dukungan resmi pemerintah terhadap pihak kedua. Total anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp10 triliun dan dilakukan secara bertahan. Anggaran itu untuk pembangunan infrastruktur seperti gudang penyimpanan pascapanen di tiap provinsi, bahkan kabupaten hingga peralatan penunjang seperti mesin untuk mengeringkan dan memilah kedelai berkualitas.

"Yang pasti perbankan harus mendukung untuk permodalannya," tandas Ayep lagi. 

Ayep juga mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian dengan program budi daya kedelainya yang mencapai ratusan ribu hektare. Namun jumlah tersebut masih jauh dari kata cukup untuk budidaya kedelai nasional. Kendati tak mendapat dukungan perbankan, Ayep memastikan akan tetap melakukan budi daya kedelai.

"Saya tetap bertekad melakukan budi daya. Jadi kalau bank tidak mau turut serta ambil bagian dari budi daya kedelai, izinnya harus dikoreksi oleh pemerintah," paparnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya