Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Fosil dari Afrika bagian timur yakni Omo I yang selama ini diyakini sebagai representasi usia tertua spesies terakhir manusia, yakni Homo sapiens, memang masih banyak diperdebatkan. Namun data itu ternyata kini telah dikoreksi oleh para ilmuwan, terutama setelah meninjau kembali usia letusan gunung berapi purba di Ethiopia.
Dari tinjauan itu, tim ilmuwan yang berasal dari University of Cambridge kini mengatakan bahwa usia homo sapiens sebenarnya lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Jika dulu, setelah melihat fosil Omo I para ilmuwan mengatakan usia Homo sapiens kurang dari 200.000 tahun, maka kini mereka mengatakan usianya bisa lebih dari 230.000 tahun. Sebagai pembanding, usia Planet Bumi saat ini sekitar 4,5 miliar tahun.
Klaim itu mereka kemukakan di jurnal Nature usai melihat sedimen tanah ditemukannya Omo I pada akhir 1960an. Faktanya, jika ada gunung berapi purba meletus 230.000 tahun lalu, usia Omo I dan berbagai artefak yang ditemukan bersamanya pasti lebih tua karena lapisan atau sedimen tanahnya berada di bawah lapisan abu vulkanik.
"Lapisan tebal abu vulkanik itu sebelumnya tidak diketahui dengan teknik radiometrik karena butirannya terlalu halus," tutur Céline Vidal, ilmuwan dari University of Cambridge yang terlibat penelitan ini, seperti dilansir dari Sciencedaily, Kamis, (13/1).
Adapun fosil Omo I itu sendiri, dulunya ditemukan di Formasi Omo Kibish di barat daya Ethiopia, atau lebih tepatnya di lembah Rift Afrika bagian timur. Wilayah ini terkenal dengan aktivitas gunung berapi yang tinggi, dan kaya akan penemuan fosil manusia purba berikut berbagai artefak atau alat batu.
Tak hanya membuat tinjauan baru pada sedimen di atas maupun di bawah sedimen Omo I, kali ini Vidal dan tim turut mengumpulkan sampel batu apung yang terbentuk dari endapan vulkanik. Lebih dari itu, ia juga mengamatinya hingga ukuran terkecil atau submilimeter.
Menurut Vidal, setiap letusan gunung berapi pasti meninggalkan jejak dan kisah evolusinya sendiri di endapan. Ketika seseorang dapat mengambil batu apung kemudian menghancurkannya, maka dari situ ia segera dapat menentukan usia dan tanda kimia atau yang dalam hal ini dicocokan dengan letusan gunung berapi Shala.
"Pertama saya menemukan ada kecocokan geokimia, tetapi kami tidak memiliki usia letusan Shala. Saya kemudian mengirimkan sampel gunung berapi Shala kepada rekan-rekan kami di Glasgow sehingga mereka dapat mengukur usia batuan. Ketika saya menerima hasilnya dan menunjukan Homo sapiens tertua dari wilayah itu lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya, saya sangat bersemangat," kata Vidal.
Vidal dan tim selanjutnya mengatakan, untuk sementara penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan usia minimum baru Homo sapiens. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan jika dalam studi lanjut di masa depan, usia Homo sapiens dapat berubah. (Science Daily/M-2)
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Neanderthal adalah spesies kuno yang tinggal di Eurasia 40.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan homo soloensis ialah evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis yang hidup sekitar 117 hingga 108 ribu tahun lalu pada Zaman Pleistosen Akhir.
Sejauh ini, penggunaan busur dan anak panah tertua telah didokumentasikan di Afrika yakni sekitar 70 ribu tahun yang lalu.
Lantas di manakah Meganthropus paleojavanicus ditemukan dan seperti apa bentuk serta ciri-cirinya? Berikut penjelasan lengkap yang dirangkum dari berbagi macam sumber.
Paleontologi dan arkeologi penting untuk studi evolusi manusia.
Apa saja penyakit yang dapat menimpa sistem reproduksi? Berikut pembahasan beberapa kelainan dan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Tahukah kamu fungsi cairan ketuban (cairan amnion)? Ternyata cairan ketuban memiliki banyak fungsi. Berikut uraian terkait proses melahirkan dan kelahiran bayi kembar.
Bagaimanakah apabila sel telur yang terdapat pada tuba fallopii dibuahi oleh sperma? Bagaimanakah fertilisasi dan kehamilan terjadi?
Menstruasi merupakan suatu keadaan keluarnya darah, lendir, dan sel-sel epitel yang menyusun dinding rahim. Bila perempuan mengalami menstruasi, akan keluar darah melalui vaginanya.
Bagaimana organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada perempuan? Apakah sama dengan organ penyusun sistem reproduksi pada laki-laki? Berikut penjelasannya.
Kali ini kita mempelajari organ-organ yang menyusun sistem reproduksi pada laki-laki. Berikut pemaparannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved