Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Rombak Total atau Konsisten Gagal

Satria Sakti Utama
24/2/2019 06:15
Rombak Total atau Konsisten Gagal
(Wikipedia)

PERSEPAKBOLAAN nasional berada dalam kondisi darurat setelah terbongkarnya kasus pengaturan skor oleh mafia.

Penindakan secara hukum hingga tuntas dan perombakan total pengurus PSSI menjadi keniscayaan jika sepak bola di Tanah Air tak terus tenggelam di era kegelapan.

Setidaknya 15 orang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Satgas Antimafia Bola Polri dalam perkara pengaturan skor dan diyakini masih banyak lagi yang bakal menjadi pesakitan.

Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono pun berstatus sama karena diduga melakukan perusakan barang bukti match fixing.

Pada konteks itu, amatlah tepat instruksi Presiden Jokowi kepada Polri untuk menindak para mafia bola hingga ke akar-akarnya.

Amat relevan pula perintahnya agar PSSI betul-betul dibersihkan dari para penjahat sepak bola. Tanpa pembersihan total, tanpa revolusi di PSSI, dipastikan persepakbolaan nasional tak akan beranjak dari keterpurukan.

Sudah teramat sering terjadi pergantian pengurus PSSI, juga sudah beberapa kali PSSI direformasi, tetapi hasilnya nihil.

Karena itu, KLB yang sudah diputuskan untuk digelar harus menjadi tonggak kepengurusan yang betul-betul bersih.

Mantan pemain timnas Imran Nahumarury mendukung penuh KLB yang bakal dihelat setelah pemilu April nanti.

Dia ingin pemilik hak suara di PSSI lebih jeli memilih sosok ketua umum dan anggota komite eksekutif yang baru.

"Oke kita ganti (KLB). Calonnya siapa? Semua orang berhak untuk mencalonkan diri jika sesuai statuta. Namun, ada tidak ketua PSSI yang loyal dan cinta? Ingat cinta dan hobi berbeda. Kalau cuma hobi, timnya kalah ya sudah kecewa terus pulang. Namun, kalau cinta, apa pun situasinya tidak akan pernah pergi," kata Imran, kemarin.

Pengamat sepak bola Ferril Hattu menegaskan pentingnya pembersihan PSSI dari perusak sepak bola. Dia juga menilai perlunya campur tangan pemerintah untuk mendapatkan komite eksekutif yang berkualitas.

"Ini sudah darurat. Ini juga kepentingan masyarakat, kepentingan bangsa. Kalau timnasnya kalah, kan yang malu negara. Kalau pemerintah tidak jalan, ya sudah, judulnya bisa lu lagi lu lagi," ujar Ferril.

Namun, imbuh dia, pemerintah tak dapat langsung mencampuri internal PSSI. Pemerintah hanya bisa mengimbau pemilik suara untuk memilih figur yang berkompeten agar tidak memilih kucing dalam karung.

Peran voters
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyatakan pemerintah tak ingin ikut campur terlalu dalam urusan internal PSSI.

Dia mengingatkan pemilik suara lebih jeli menentukan pilihan untuk pimpinan PSSI selanjutnya. "Kalau itu-itu lagi, lu lagi, lu lagi, kapan majunya? Persoalannya bagaimana men-drive voters supaya menunjuk orang-orang yang profesional," ucapnya.

Dia tak menampik bahwa pemerintah menginginkan perombakan di sepak bola nasional dan inilah saat yang tepat untuk melakukannya.

Jika perombakan masih tanggung, sepak bola nasional pun akan terus menanggung akibatnya.

Sebagai salah satu pemilik suara, Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Barat Tommy Apriantono menyampaikan dukungan terhadap perombakan di tubuh PSSI.

Dia juga berharap Satgas Antimafia Bola terus  mengungkap skandal pengaturan skor. ''Jika perlu, pengusutan bisa menyentuh klub-klub yang memberikan suap seperti yang pernah terjadi di Italia.'' (X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya