Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEJUMLAH pesawat militer, pesawat tanpa awak, dan pesawat gelap kerap melintas di wilayah alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) II, seperti di Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, dan Selat Lombok. Mayoritas armada burung besi itu berasal dari Australia dan Amerika Serikat.
Mayor Pnb Setyo Budi mengatakan itu kepada wartawan di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, Rabu (29/3). Skadud 11 merupakan home base 16 pesawat tempur Sukhoi tipe 27 SK dan 30 MK.
"Selain itu, kita juga sering melakukan operasi hingga ke Kupang, Jayapura, dan Tarakan. Seluruh pesawat yang melanggar batas udara itu biasanya memanfaatkan daerah yang tidak terdeteksi radar," ujar Setyo di sela-sela acara Press Tour 'Media Dirgantara 2017' yang diselenggarakan oleh Dinas Penerangan TNI AU.
Setyo yang juga pilot Sukhoi menjelaskan pengamanan wilayah juga diperkuat dengan pelibatan pesawat pengintai yang berada di Skadron Udara 5/Intai Strategis. Di sana ada 4 pesawat jenis Boeing 737-200 dan 1 unit CN 235 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Selain melakukan pengintaian, armada di Skadud 5 diberi mandat untuk melakukan operasi SAR serta mengambil foto udara dari jarak 35 ribu feet, khususnya terhadap sejumlah kapal asing ilegal yang melintas di perairan Indonesia.
"Pelanggaran bisanya merata, namun paling banyak di Selat Malaka. Kenapa? karena di wilayah itu berhubungan dengan Singapura dan Malaysia. Kapal asing itu kita foto dan informasinya diteruskan ke pihak berwenang," timpal Komandan Skadron Udara 5 Letkol Pnb Akal Juang.
Masih di lokasi yang sama, TNI AU juga selalu memonitor pergerakan pesawat dan objek bergerak menggunakan radar jarak pendek atau sensor unit buatan Swiss. Tugas pemantauan itu berada di bawah kendali Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) 472, Komando Korps Pasukan Khas.
Komandan Denhanud 472 Mayor Pas Verial Tunruribela, mengatakan pihaknya juga memiliki beberapa alutsista penunjang, seperti 2 meriam otomatis, pos komando, truk pengangkut, dan sejumlah rudal Chiron buatan Korea Selatan maupun rudal QW3 yang dikirim dari Tiongkok.
"Untuk menunjang operasional kita berharap bisa terintegritas dengan Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional). Saat ini kita masih di bawah (Korps) Paskhas," pungkasnya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved