Stabilitas Pluralisme Indonesia Ada di Pemerataan

Antara
05/3/2017 12:36
Stabilitas Pluralisme Indonesia Ada di Pemerataan
(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

PRESIDEN Republik Indonesia ke-3 BJ Habibie mengatakan stabilitas pluralisme ada pada pemerataan yang di dalamnya ada kesejahteraan yang bersumber dari pendidikan dan pembudayaan.

"Kita ketahui bahwa sinergi konstitusi akan terjadi jika kita bisa memelihara stabilitas pada pluralisme kita. Kita tidak bisa bicara secara makro saja, kita harus tahu kalau kita bicara stabilitas artinya harus ada pemerataan," kata Habibie usai melakukan audiensi dengan Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) di Jakarta.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi di era Pemerintahan Presiden Soeharto ini menjelaskan maksud dari pemerataan ialah setiap manusia bisa menikmati membangun keluarga yang sejahtera. Dan itu tidak hanya tergantung pada pendidikan tapi pembudayaan juga.

"Pembudayaan yang mana? Harus kita ketahui budaya itu lebih tua dari agama, budaya yang tertua di bumi ini berusia 5.000 tahun, bahkan ilmu pengetahuan ada sejak manusia bisa berpikir pada zaman Homo Sapiens berapa ratus ribu tahun," ujar Habibie.

Ia mengatakan sudah banyak agama seperti Greek (Yunani kuno) atau Farao yang masuk jalan buntu lalu bubar. Tapi sekarang hanya ada beberapa agama tersisa di Indonesia yang akarnya datang dari Nabi Adam.

"Oleh karena itu kita bersyukur sejak awal bangsa Indonesia menjadi sangat peka pada agama dan tidak mau memonopoli memiliki agama manapun. Yang penting kita percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi masyarakat yang theis," ujar Habibie.

Bukan berarti masyarakat atheis tidak bisa hidup di Indonesia. "Tapi jangan harap Anda bisa memimpin bangsa Indonesia dan selama hidup di Indonesia jangan neko-neko. Harus ikut dengan peraturan dan undang-undang," lanjutnya.

Selain itu terkait pendidikan, Habibie mengatakan sejak Proklamasi sudah disadari oleh Bapak Bangsa bahwa sumber daya manusia (SDM) yang akan selalu mengambil peran utama untuk membangun Indonesia. SDM yang mampu dan sudah mengalami proses pembudayaan sejak memasuki bangku sekolah.

"Dan proses pendidikan sejak dia lahir terutama sejak sekolah di situ kita konsentrasi bahwa pertama keluarganya harus diberi pemahaman tentang Tuhan Yang Maha Esa hingga tentang budaya. Bahwa budaya dari Sabang sampai Merauke itu berbeda-beda tapi bukan berarti kita harus berlawanan," ucap Habibie.

Karenanya, SDM di bumi Indonesia harus menjadi andalan masa depan. SDM, juga harus memiliki rasa cinta, pada Tuhan Yang Maha Esa, pada sesama manusia, pada karya sesamanya, pada lingkungannya dan pada pekerjaannya.

"Itu adalah manusia Indonesia, yang menjadi cita-cita saya dan nenek moyang kita semua. Nah sekarang kita yang harus berjuang bahu-membahu agar itu bisa terwujud," pungkas Ketua Umum ICMI itu.(OL-4).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya