Semua Bekerja dengan Hati

Perlukah penertiban dengan penggusuran?

3 Anies : Minggu lalu saya datang ke Bukit Duri, acara syukuran warga yang menang gugatan PTUN melawan Pemprov DKI.

Kebijakan ketika berhadapan dengan kekuasaan yang kuat maka tumpul.

Ketika berhadapan dengan warga yang lemah, tajam, prosedur dilanggar demi kepentingan menggeser.

Kita enggak ingin menghilangkan. Kami tegas meremajakan kota, penataan ulang.

Apalagi mengosongkan. Kami tegaskan tidak melalakukan tindakan yang bertentangan dengan rakyat.

Kami berdialog.

Prioritas kita pada peremajaan.

Berbagai tempat di dunia mengalami hal yang sama.

1 Agus : Penertiban menghilangkan segalanya.

Mereka kehilangan mata pencaharian.

Mereka kehilangan segalanya.

Mereka sampai hari ini masih menangis.

Mereka membutuhkan perhatian.

Tidak perlu ada penertiban dalam membangun sehingga melukai hati warga.

Kami harus membuat pembangunan yang manusiawi.

Gedung hanya benda mati.

2 Djarot: Jakarta ibu kota negara.

Bagaimana membiarkan warganya tinggal di kolong jembatan.

Negara harusnya enggak boleh membiarkan warganya di kolong jembatan, mereka melahirkan generasi.

Jika membiarkan maka itu justru yang enggak manusiawi.

Sebagai ibu kota negara, kita berpuluh tahun membiarkan.

Kami berkomitmen menyediakan rusun yang layak tipe 36.

Kami subsidi kehidupan, pendidikan, transportasi, biaya hidupnya kita tanggung.

Dengan seperti itu Jakarta manusiawi.

Indeks pembangunan Jakarta paling tinggi.

Indeks kemiskinan 3,75 paling rendah.

Banjir berkurang.

Kita berikan aspek legal yang tidak legal di bantaran kali.

Kehidupan dijamin, ekonomi dijamin, genersi penerus kita jamin, masjid, tempat bermain tumbuh dengan baik.

Kenapa program Anda lebih unggul?

1 Sylvi: Warga yang tergusur kenapa dipaksa pindah?

Kenapa kami yang begitu lama tinggal, tapi kenapa harus menyewa.

Enggak bisa bayar, diusir.

Pindah dari akar budaya, terusir dari tempat sewa.

Harusnya menata.

Keberadaan pemprov ini semuanya harus bekerja dengan hati.

Padahal 30 tahun di lahan itu.

Kenapa enggak berkomitmen.

Kenapa harus membuat luka.

Enggak harus menyakiti masyarakat.

2 Basuki: Pasangan lain kiri kanan berkata seolah (kami) enggak suka orang miskin.

Anak SMA saja 600 ribu.

Kalau punya anak SMA 3 orang, dapat 1,8 juta sebulan.

Saya akan program nomor 1 dapat 400 ribu, terlalu kecil.

Tapi caranya tidak uang kontan.

Supaya bisa monitor. Yang tinggal di rusun bisa dapat daging (Rp) 60 ribu sebulan ayam (Rp) 10 ribu.

Kiri kanan saya bilang sebagai orangtua enggak hukum mereka.

Jauh lebih enggak manusiawi untuk ngajarin warga salah hanya untuk memenangkan pilkada.

Harus mendidik.

3 Anies: Saya datang ke daerah di mana kontrak politik lima tahun lalu dicederai.

Kampung deret mana?

Warga sodorkan.

Kami bilang akan laksanakan.

Janji yang lalai dilaksanakan, akan saya ditunaikan di periode ini.

Mengelola warga di tepi singai.

Sudah pernah ada di kota lain, Kali Code, Jogja, Malang.

Warga diajak berrdialog. Ada lapangan pekerjaan.

Memberi sesuatu baik.

Memberi uang baik, tapi lebih baik memberi harga diri, percaya diri, mereka sejahtera karena mereka berusaha mandiri. (Put/P-1)