Isu SARA Pilkada DKI Gerus Nilai Kebhinekaan Indonesia

MUNCULNYA isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta telah membuat nilai bangsa Indonesia tentang Bhineka Tunggal Ika ternodai. Momentum Pilkada DKI telah bergeser dari persoalan politik menjadi isu SARA yang mengancam kesatuan NKRI.

Menanggapi hal tersebut, Forum Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Indonesia (Forluni PMII UI) menyerukan agar pesta demokrasi lima tahunan pilkada tidak dibumbui dengan isu SARA. Biarlah Pilkada DKI tetap menjadi ajang politik untuk mempertandingkan visi dan misi dari ketiga bakal pasangan calon yang sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum DKI.

"Bhineka Tunggal Ika sebagai moto hidup bersama anak bangsa jangan sampai dinodai dan sengaja dilecehkan demi kepentingan sempit politik kekuasaan untuk meraih kemenangan," ujar Ketua Forluni PMII UI, Achmad Solechan, dalam pernyataan resminya kepada media, Minggu (16/10).

Achmad menuturkan dirinya prihatin dengan oknum-oknum yang memanfaatkan agama Islam sebagai kendaraan politik untuk memperebutkan kekuasaan. Semestinya, para politisi seharusnya bisa mengedepankan politik kebangsaan dan kerakyatan demi kepentingan dan kesejahteraan bangsa.

"Umat yang harus dinomorsatukan dan diutamakan. Bukan malah ambisi dan nafsu berkuasa," jelasnya.

Untuk itu, demi kebaikan bersama, melalui Achmad, Forluni PMII UI mengimbau agar masyarakat, khususnya warga DKI, untuk bisa menjadikan pilkada DKI sebagai ajang refleksi diri atas konsep keindonesiaan sesungguhnya. Indonesia yang hidup secara majemuk dan toleransi terhadap perbedaan.

"Mari melihat dan menata kembali secara bersama-sama sudut pandang mita sebagai bagian dari keluarga bangsa Indonesia, bahwa semua proses politik yang tengh berlangsung adalah semata-mata untuk kemajuan bangsa Indonesia," tuturnya. (RO/OL-4)