Gairah Kemerdekaan

Agustus selalu memberikan kegairahan bagi masyarakat Indonesia. Perayaan 'tujuh belasan' berawal dari peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.

Hiruk-pikuk menyambut hari kebebasan itu sontak dirayakan masyarakat secara khidmat dengan bersukaria di seluruh pelosok Tanah Air.

Penghormatan warga terhadap kemerdekaan bangsa yang kini memasuki usia 71 tahun ditandai dengan pemasangan bendera Merah Putih di pekarangan rumah mereka.

Meski kadang hanya dengan tiang seadanya, lambang negara itu berkibar hingga gang-gang kecil di permukiman padat.

Tepat pada 17 Agustus, Istana Negara mengadakan upacara penaikan bendera di pagi hari dan penurunan bendera di waktu senja.

Di antara dua peristiwa itu, penaikan dan penurunan bendera, warga mengisi perayaan kemerdekaan dengan beragam lomba, mulai panjat pinang hingga balap karung.

Pada tingkat warga, peringatan kemerdekaan memang tidak disusun dalam sebuah format acara formal.

Namun, di sana kita bisa menemukan kemeriahan pesta rakyat.

Beragam lomba dan permainan yang mengutamakan kerja sama dan kebersamaan telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari pesta ini.

Perayaan kemerdekaan bukan hanya menjadi peringatan sentimental akan sebuah peristiwa sejarah bangsa atau nostalgia akan kejadian-kejadian mengharukan pada tempo dulu.

Perayaan kemerdekaan juga menjadi momen untuk menyatukan serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Kemerdekaan pada hakikatnya ialah tidak terikat, bebas lepas, tidak terjajah lagi oleh negara lain maupun sesama bangsa.

Merayakan kemerdekaan bisa berarti merayakan kemenangan rakyat. (Bronto/P-2)