Spiritualitas Harus Mengalir ke Ruang Bernegara

UMAT kristiani seharusnya ikut berperan serta dalam menata negara dan jangan hanya sibuk mengurus hal-hal yang berbau spiritualitas. Demikian benang merah buku Negara dalam Rancangan Tuhan karya Pendeta Saut Hamonangan Sirait.

Saut yang berkecimpung di Dewan Kehormatan Penyelengara Pemilu (DKPP) itu berbicara dalam acara bedah buku di Aula Gereja Huria Kristen Batak Protestan Sudirman, Jakarta, kemarin. Hadir pula Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai NasDem Enggartiasto Lukita.

"Sejarah agama dan negara itu satu kesatuan. Seharusnya spritualitas itu mengalir ke negara bahkan sampai ke penjara, ke Istana, eksekutif, dan seluruh ruang kehidupan bernegara," kata Saut saat membahas buku keenamnya tersebut.

Ia meyakini negara semestinya dipahami oleh pemeluk agama Kristen sebagai rancangan Tuhan yang berfungsi sebagai wadah mengimplementasikan keimanan. Karena itu, sambung Saut, tidak boleh ada penggumpalan spiritualitas di gereja.

"Negara yang kita huni ini merupakan wadah mengaplikasikan petunjuk-Nya. Yaitu menciptakan dunia yang damai, aman, dan sejahtera. Namun, itu tentunya dengan konteks, kebiasaan, pola, budaya, dan realitas saat ini," papar Saut.

Menanggapi buku ini, Enggartiasto Lukita mengatakan gereja memang harus membumi. "Gereja sebagai wadah spiritual harus down to earth dengan mengimplementasikan pengetahuan dalam kegiatan bernegara," katanya.

Menurut Enggar, Saut sudah sejak lama membuktikan gereja dalam kehidupan bernegara. Contoh terkecil yaitu menyematkan jabatan Pendeta dalam daftar riwayat hidupnya. "Banyak hal yang bisa saya petik dalam buku ini. Saya juga bangga dengan Saut.