Fahri Pertanyakan SK Pemecatan Beredar di Tangan Pengusaha

M.Rodhi Aulia
04/4/2016 15:02
Fahri Pertanyakan SK Pemecatan Beredar di Tangan Pengusaha
(Antara/Rivan Awal Lingga)

FAHRI Hamzah mengaku kaget PKS yang telah ia dirikan 18 tahun lalu, kini memecatnya secara tiba-tiba. Bahkan Surat Keputusan (SK) resmi pemecatannya itu diketahuinya beredar di tangan pengusaha.

"Sekitar dua pekan lalu, seorang pimpinan fraksi kontak saya. Bukan fraksi PKS. Dia sampaikan kekagetannya karena melihat di tangan seorang pengusaha, ada dokumen yang menyebutkan saya sudah diberhentikan dari seluruh tingkatan keanggotaan di PKS, dan sudah ditandatangani," kata Fahri dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/4).

Fahri menganggap enteng informasi dari rekannya itu. Ia menyebut SK tersebut adalah hoax dan rekayasa belaka.

"Tapi pengusaha itu juga kontak seorang pimpinan DPR dan melakukan hal yang sama, seminggu lalu, menunjukkan surat pemecatan saya yang sudah beredar. Pengusaha itu katakan seharusnya Fahri bisa diajak bicara," ungkap Fahri.

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata SK pemberhentian itu memang ada. Fahri menyesalkan sebelum diterimanya langsung, SK itu harus menyebar ke mana-mana terlebih dahulu. Termasuk di sosial media.

"Saya anggap prolog ini sengaja diciptakan untuk kondisikan publik seolah-olah saya layak diberhentikan," tukas dia.

Fahri mengaku telepon genggamnya terus berdering. Terutama sejak surat itu diketahui publik menyebar pada Minggu (3/4). Sambungan telepon itu kebanyakan dari kader PKS. Namun Fahri tidak bisa menjelaskan karena belum sama sekali mengantong SK tersebut.

"Tiba-tiba setelah saya klarifikasi, jelang jam 8 malam ada petugas datang ke rumah saya di Cibubur. Dia mengatakan bahwa sebenarnya, kami ketemu di masjid, sebelum sama-sama ke rumah," ungkap dia.

Fahri membaca surat itu sekilas dan coba menenangkan diri. Karena ia khawatir jika gegabah mengeluarkan pernyataan akan muncul kesan bahwa dia mencemarkan nama baik PKS dan mengadu domba antar-kader PKS."Saya hati-hati keluarkan pernyataan dan tunggu penjelasan," ucap dia.

Namun hingga kini, Fahri pun tidak memahami apa yang sebenarnya menjadi penyebab muncul SK pemecatan tersebut. Padahal saat proses sidang Majelis Tahkim dirinya berkirim surat namun tidak berbalas dan selama dua kali hadir di sidang dirinya pun dibungkam.

"Lalu hari ini ada posting rilis resmi di website partai yang sebutkan dokumen yang saya minta, yang (dulu) tidak pernah dikasih ke saya. (Dulu) Tuntutan saya itu, minta bentuk tertulis. (Saat sidang) saya tidak boleh merekam. Saya minta dokumen tidak diberi. Hanya dibaca di depan saya, seperti zaman kerajaan," beber dia.

Fahri mempertanyakan dosa maha besar apa yang ia lakukan sehingga dirinya didepak dari partai. Ia menyadari publik pasti menunggu terkait dosa maha besar tersebut yang dilanggar Fahri.

Usut punya usut, Fahri mengetahui dirinya dipecat total karena pernyataan kontroversialnya di depan publik. Baik yang ia ungkapkan sendiri maupun sebuah respons terkait berondongan pertanyaan dari awak media.

"Tentu publik mau tahu seberat apa dosanya sehingga saya layak diambil jenjang keanggotaan saya? Saya tegaskan, saya tidak pernah berbuat tidak senonoh, mencuri dan korupsi, melanggar hukum dan etika. Kalau kata-kata, itu persoalan gaya. Kalau gaya harus jadi pasal dalam hukum, sadarlah bahwa kita kembali ke zaman kegelapan," kata dia.

Fahri menduga, ada udang di balik batu. Fahri meyakini segelintir elite PKS yang tengah berkuasa sekarang menjadikan kata-kata atau pernyataan kontroversial sebagai alat menghabisi karir Fahri di PKS.

"Seolah ada keinginan pribadi pimpinan partai yang tidak saya penuhi, lalu saya dikriminalisasi. Sehingga dianggap layak dipecat," tukas dia.

Fahri melawan. Dia akan membawa kasus ini ke ranah hukum dalam waktu dekat. Karena mekanisme pemecatannya ilegal. Di antaranya struktural Majelis Tahkim PKS yang belum terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM.

"Kesalahan maha besar apa yang dilakukan Fahri Hamzah, sehingga dia layak dipecat dari semua jenjang keanggotaan. Dari jenjang pemula, anggota muda, madya, dewasa, ahli. Saya tiba-tiba mau dipecat dari keanggotaan ahli setelah bergabung dengan gerakan yang mempelopori reformasi lebih dari 18 tahun yang lalu, meniti anggota setahap demi setahap. Lalu dipecat total," tandas dia.(X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya