RI-Filipina Matangkan Pembebasan Sandera

MENTERI Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi bertolak ke Filipina, kemarin, untuk mendampingi Duta Besar Indonesia Johny Lumintang yang sudah bertemu menlu dan presiden Filipina. Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah Filipina untuk membahas pembebasan 10 sandera WNI yang sampai saat ini masih ditahan kelompok pemberontak Abu Sayyaf.

"Pertemuan diawali dengan Menlu Filipina Jose Rene D Almendras. Selanjutnya, Menlu Retno bertemu dengan presiden Filipina," kata juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Pertemuan itu, lanjutnya, digelar untuk mematangkan koordinasi dengan pemerintah Filipina dalam upaya membebaskan 10 WNI yang kini masih disandera kelompok pemberontak Abu Sayyaf. "Sifatnya koordinasi, intinya bagaimana supaya 10 warga kita itu bisa selamat."

Di sisi lain, sebanyak 500 prajurit TNI dan Polri mengikuti apel kesiapsiagaan untuk mengikuti latihan perang gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam latihan yang rutin dilakukan setiap tahun itu, para prajurit juga menyatakan kesiapan mereka untuk terlibat dalam operasi pembebasan 10 WNI yang disandera di Filipina.

"Latihan ini agenda rutin, cuma kebetulan bertepatan dengan peristiwa penyanderaan 10 WNI. Namun, kalau kita diperintahkan Mabes TNI untuk terlibat dalam operasi pembebasan WNI di Filipina, kenapa tidak? Tidak boleh ada yang mengganggu rakyat kita," ujar Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letjen Edy Rahmayadi saat membuka latihan perang gabungan selama sepekan itu.

Sementara itu, pembajakan kapal kembali terjadi kali ini terhadap kapal tunda (tugboat) Massive 6 berbendera Malaysia di perairan Ligitan, Jumat (1/4). Dua dari sembilan anak buah kapal (ABK) ialah WNI. Beruntung kedua ABK itu kini selamat. (Ths/VR/X-8 )