Novanto Maju sebagai Caketum Golkar

MESKI tersangkut pemufakatan jahat ‘papa minta saham’ dalam perpanjangan kontrak PT Freeport, Setya Novanto tak terhalang untuk melangkah maju menjadi Ketua Umum Golkar.

Mantan Ketua DPR itu pun berharap seluruh pemilik suara sah di dewan pimpinan daerah (DPD) tingkat I dan II dapat memahami soal perkara hukum yang kini sedang ditangani Kejaksaan Agung. Pasalnya, ia mengklaim tidak bersalah dalam kasus tersebut. “Semua kita serahkan yang terbaik. Yang penting saya tidak pernah melanggar hukum,” kata Novanto.

Novanto berharap, jika terpilih sebagai Ketua Umum Golkar, kepengurusan dan struktur organisasi Partai Golkar dapat bersatu dan dipercaya oleh seluruh anggota untuk mencapai tujuan bersama.

“Dalam waktu dekat, bisa bersama-sama meraih kemenangan di 2019. Untuk itu, kita harus bersama-sama di pusat dan daerah kompak dan solid,” kata Novanto.

Selain Novanto, Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh juga berniat. “Saya masih lihat keadaan dulu. Memang banyak yang meminta (saya untuk maju),” kata Anwar di sela-sela kunjungan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Kantor Gubernur Sulawesi Barat, Mamuju, kemarin.

Meski demikian, Anwar merasa pesimistis, sebab ia merupakan orang yang besar di perpolitikan tingkat daerah, bukan di nasional seperti nama-nama yang santer disebut akan maju sebagai caketum. “Saya dorong tokoh daerah lain saja yang maju.’’

Sebelum munaslub digelar, legalitas kepengurusan di daerah harus segera diselesaikan. Fungsionaris DPP Partai Golkar Bidang Organisasi Agun Gunanjar Sudarsa mengatakan ada sekitar tujuh hingga delapan pengurus daerah yang masih bermasalah akibat adanya konflik dualisme kepengurusan di tingkat pusat.

“Di antaranya ada DKI, Bali dan NTT juga berpotensi karena pelantikannya dilakukan setelah perpanjangan kepengurusan Golkar hasil Munas Riau,” kata Agun.

Menurutnya, ada opsi yang mungkin akan dilakukan untuk membereskan masalah kepengurusan di daerah, yakni melalui musyawarah daerah atau menggabungkan kepengurusan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. (Ind/Ant/P-2)