Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Ada Upaya Gagalkan Pelantikan

Fer/Ant/YH/X-6
27/9/2019 07:45
Ada Upaya Gagalkan Pelantikan
Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp)

MENKO Polhukam Wiranto menyebutkan ada upaya untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih dengan menciptakan situasi yang rusuh.

"Kita sangat menyesalkan, demonstrasi yang konstruktif, bernuansa koreksi yang elegan itu diambil alih demonstrasi yang brutal," tegas Wiranto saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, pemerintah sangat menghargai upaya koreksi yang dilakukan mahasiswa melalui demonstrasi sebagai bentuk aspirasi. Sayangnya demo itu kemudian diambil alih untuk kepentingan politik tertentu.

"Saya kira bukan demons-trasi lagi karena dilakukan oleh para perusuh melawan petugas, melempar batu, meluncurkan kembang api kepada petugas, bergerak di malam hari, dan berusaha untuk menimbulkan korban," ujarnya.

Kelompok yang berupaya mengambil alih demonstrasi mahasiswa menjadikan unjuk rasa tidak murni lagi untuk mengoreksi kebijakan pemerintah, melainkan demi tujuan yang lebih jauh.

Di lain sisi, demonstrasi mahasiswa terus berlanjut di berbagai wilayah. Di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, kemarin, aksi berlangsung ricuh. Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara AKB Harry Golden Hart membenarkan ada mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, yang meninggal. "Benar ada yang meninggal," ujarnya, kemarin.

Mahasiswa itu ialah Randy, 21, yang tewas terkena tembakan di dada. Kemudian Muhammad Yusuf Kardawi, 19, yang sebelumnya kritis akibat luka kepala, dilaporkan juga meninggal. Kata Harry, para korban masih berada di RS Abu Nawas, Kota Kendari.

Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan Polri tak menggunakan peluru tajam dalam menangani demontrasi. Karena itu, ia menyatakan akan menyelidiki tewasnya mahasiswa itu.

"Yang jelas, sesuai SOP, seluruh anggota Polri dalam pengamanan dan pengawalan pengunjuk rasa tidak dibekali peluru tajam, hanya dibekali tameng, water canon, dan gas air mata," jelasnya, kemarin.

Oleh karena itu, kata Dedi, pihaknya belum bisa menyim-pulkan penyebab kematian mereka. (Fer/Ant/YH/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya