Tumbuhkan Islam Ramah di Kampus

MAHASISWA diharapkan mampu menjadi jembatan antara realitas masyarakat saat ini dan realitas yang dicita-citakan.

Begitulah jawaban dari Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat ditanya mahasiswa, apa sebenarnya tugas mahasiswa.

Jawaban itu kembali disampaikan putri sulung Gus Dur, Alisa Wahid, dalam pengajian Islam Ramah di Kampus, Sabtu (3/6) malam, di pelataran parkir kampus Pascasarjana Universitas Gadjah mada (UGM), Yogyakarta.

"Tantangannya riil di depan mata. Kondisinya memprihatinkan dalam konteks wajah Islam yang ramah. Karena secara umum di tingkat global wajah Islam sebagai wajah marah," kata Alisa.

Pengajian Islam Ramah di Kampus merupakan hasil kerja sama sejumlah oraganiasi dan lembaga, seperti Jaringan Gusdurian, PMII UGM, Forum Jogja Damai (FJD), CRCS UGM, dan Aman Institute. Mereka menyikapi maraknya aksi intoleransi atas nama agama dan menjadikan Islam berwajah marah.

Selama 30 tahun terakhir ini wajah Islam yang muncul di kampus wajah Islam yang cenderung lebih pada kepentingan politik Islam, seperti tumbuhnya paham khilafah di sejumlah kampus, dan penguasaan masjid-masjid kampus oleh sejumlah kelompok yang ingin mendirikan kekhalifahan.

Kampus menjadi tempat paling tepat guna memulai mengasah keterampilan untuk menjadi pemimpin di lingkung-an masing-masing.

Kampus adalah tempat yang tepat untuk mengonsolidasikan diri, mendorong perubahan sosial suapaya nilai Islam yang ramah, dan prinsip ukhuwah yang berimbang menjadi kuat.

"Menyebarluaskannya kepada masyarakat. Karena percuma kita bicara keberagaman dan toleransi kalau tidak di-sebarluaskan kepada masyarakat," ujarnya.

Alisa meminta semua mahasiswa yang hadir dalam pengajian Islam Ramah di Kampus mau mendarmakan sebagian dari dirinya apa pun bentuknya untuk perjuangan bersama membangun Islam rahmatan lil'alamin.

"Kalau ingin menegakkan Islam rahmatan lil'alamin, tiga ukhuwah harus dipelihara, ukhwuah islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah," imbuhnya. (FU/P-4)