DPR Minta Evaluasi Konsep Pembinaan

KETUA DPR Setya Novanto menilai peristiwa kaburnya sekitar 400 tahanan Rutan Kelas II B Pekanbaru pada Jumat (5/5) lalu menambah deretan persoalan yang harus kita benahi bersama.

Bahkan, Novanto memprediksi insiden tersebut bakal terulang kembali di daerah lain.

Pasalnya, menurut Ketua Umum Partai Golkar itu, rata-rata persoalan akut yang menjadi sumber masalah ialah perbandingan penghuni rutan ataupun LP yang jauh dari kata seimbang.

Bahkan hampir semuanya saya dengar telah melebihi kapasitas.

"Tidak menutup kemungkinan kejadian tersebut akan terulang sebagaimana kejadian-kejadian sebelumnya," ujar Novanto, kemarin.

Ia berharap pemerintah bisa memikirkan kembali sistem lembaga pemasyarakatan (LP) di berbagai daerah di Indonesia.

Pasalnya, para tahanan yang didominasi narapidana narkoba dan berbagai pelaku tindakan kriminal ringan masuk kembali ke masyarakat.

"Hal ini membuka mata kita tentang pentingnya memikirkan ulang konsep pembinaan bagi para narapidana," tandasnya.

Ia mengatakan perlu dicarikan jalan keluar bersama untuk mengatasi persoalan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan sesuai kemampuan SDM dan keuangan negara.

"Banyak analisis dari para pihak, dari penambahan kapasitas, penambahan personel, hingga merumuskan sistem pembinaan yang mampu mengakomodasi dan menyeimbangkam kebutuhan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan," katanya.

Pandangan serupa disampaikan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.

Menurutnya, untuk menangani persoalan klasik kelebihan penghuni itu, hal yang perlu dilakukan ialah mengubah pola pikir terhadap orang di dalam rutan atau lembaga pemasyarakatan.

Paradigma itu harus berbeda seperti di negara lain yang bahkan diberi amnesti.

"Itu dengan mengurangi, tapi kalau orang sini bilang masa diampuni. Tapi coba rasakan satu tahun saja bagaimana rasanya di dalam. Kalau mau, biar saya bayar 10 hari saja seharga hotel Rp500 ribu jadinya Rp5 juta, coba dites," tantangnya.

Oleh karena itu, dia meminta harus ada kesadaran yang berubah dalam melihat orang dalam tahanan.

Mereka sudah melewati hukuman apalagi dengan keadaan rutan dan LP yang tidak manusiawi di Indonesia. (Nov/Ant/P-4)