Syariah

JAKARTA sejak 2 hingga 4 Agustus 2016 bertindak sebagai tuan rumah World Islamic Economic Forum (WIEF). Acara itu, seperti dikatakan Presiden Joko Widodo ketika meresmikannya, menunjukkan keuangan syariah, kuliner, dan fesyen islami, serta seni arsitektur Islam merupakan kekuatan yang semakin berkembang.

Pemerintah bahkan meluncurkan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah di sela-sela gelaran WIEF. Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, setelah 20 tahun eksis, sistem keuangan syariah Indonesia membangun infrastruktur keuangan syariah dasar yang solid. Setelah berabad-abad berlalu, wajarlah Islam memberi pengaruh ke banyak bidang kehidupan di Indonesia, dua di antaranya sistem keuangan dan kosakata.

Dalam sistem keuangan makin kerap dipakai istilah ekonomi syariah, keuangan syariah, muamalat, mudarabah, sukuk, murabahah, dan nisbah, misalnya. Dalam perbendaharaan kata secara otomatis kosakata yang mewakili suatu konsep, baik di bidang ekonomi maupun bidang kehidupan lainnya, pun diserap. Kata akad, misalnya. Kata yang bermakna 'janji', 'perjanjian', dan 'kontrak' itu akrab di masyarakat dengan diwakili dua frasa, akad nikah dan akad kredit. Untuk pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah, ada kata murabahah.

Dalam praktik jenis murabahah ada tiga, murabahah modal kerja, murabahah investasi, dan murabahah konsumsi. Ketika obligasi digencarkan, dipopulerkanlah obligasi berbasis syariah, yakni sukuk. Kata sukuk diserap dari bahasa Arab bentuk jamak sukuk yang bentuk tunggalnya ialah sak. Maknanya dapat dipadankan dengan sertifi kat dan dalam praktik sukuk merupakan bukti kepemilikan. Fatwa Majelis Ulama Indonesia No 31/DSN-MUI/IX/2002 mendefi nisikan sukuk sebagai suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah.

Jenis sukuk berdasarkan strukturnya yang turut dimasyarakatkan The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) ada empat. Yang pertama ialah sukuk ijarah yang terkait dengan sewa-menyewa. Yang kedua sukuk mudarabah untuk perjanjian dengan modal di satu pihak dan tenaga atau keah lian di pihak kedua. Yang ketiga sukuk musyarakah untuk urusan menggabungkan modal dan yang keempat sukuk istisna untuk pembiayaan suatu proyek atau barang. Yang unik ialah, dari istilah yang terkait dengan syariah itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia hingga edi si yang masih gres, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edi si Keempat cetakan kesembilan September 2015 yang saya rujuk, tidak menganggap lema syariah sebagai kata baku.

Lema syariah diberi tanda anak panah yang berarti syariah ialah kata lema yang pemakaiannya tidak disarankan, yang merupakan bentuk varian kata lema yang ejaannya dianggap baku. Lantas, apa yang baku? Kata lema syariat, jawabannya. Lema syariat ialah nomina yang bermakna hukum agama berdasarkan Alquran dan hadis. Padahal, penggunaan selama ini sudah kadung membedakan syariah dengan syariat.

Syariah digunakan sebagai kata sifat layaknya kata ilmiah dan bermakna sesuai dengan atau memenuhi aturan hukum agama berdasarkan Alquran dan hadis. Tampaknya pembedaan itu akan terus diterapkan dan kamus besar terbitan berikutnya selayaknya mengakomodasi hal itu.