MON Berdayakan Olahraga Tradisional

PELAN tapi pasti olahraga tradisional Indonesia bisa lenyap dan bakal digantikan permainan modern yang justru membuat anak-anak Indonesia tidak kreatif.

"Hal itulah yang ingin kami hindari, karena ini merupakan tanggung jawab kita semua. Kementerian Pemuda dan Olahraga sesuai amanah UU Sistem Keolahragaan Nasional memang menjadi penanggung jawab olahraga nasional. Tapi jangan lupa, kami tidak mungkin bekerja sendiri tanpa dukungan masyarakat,'' ujar Kepala Museum Olahraga Nasional (MON) Herman Chaniago di Jakarta, Senin (29/8).

Itu sebabnya, salah satu cara untuk melestarikan olahraga tradisional ini digelar berbagai kegiatan seperti gobak sodor (galasin), enggrang, push bike, hingga jelajah museum. Ajang ini seperti menemukan benang merahnya terkait peringatan HUT RI dan Hari Olahraga Nasional 9 September mendatang.

Herman menyebutkan pihaknya menggelar ajang yang diikuti sekitar 1.200 peserta dari 48 sekolah dasar yang ada di DKI Jakarta, termasuk dari Kepulauan Seribu pada akhir pekan lalu.

Ajang yang dibuka Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga Raden Isnanta ini membuat halaman museum penuh dengan aktivitas bocah-bocah berusia dini. Mereka begitu antusias memainkan berbagai lomba tradisional yang dulu menjadi permainan orang-orangtua mereka. Bahkan para orangtua yang menyaksikan ikut histeris kalau anaknya tak lolos dari penjagaan dalam permainan gobak sodor.

"Senang sekali bisa melihat permainan tradisional ini dibangkitkan kembali. Jaman saya masih seusia mereka, gobak sodor ini jadi permainan wajib setiap sore. Sayang sekali sekarang tak banyak lahan yang bisa digunakan untuk memainkannya," ujar Ratnawati, salah satu orangtua yang anaknya jadi peserta.

Ajang ini, lanjut Herman, merupakan hasil kerja sama dengan kelompok kerja guru olahraga (KKGO) dan Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia. (OL-2)