Ketika Roland Garros Butuh Atap

HUJAN deras yang mengguyur sejumlah wilayah Prancis kembali memaksa panitia turnamen grand slam Prancis Terbuka menunda sejumlah pertandingan. Alhasil hingga kemarin baru 12 laga yang berhasil digelar dari 66 yang dijadwalkan.

Bahkan petenis peringkat satu dunia putra Novak Djokovic dan peringkat satu dunia putri Serena Williams yang seharusnya melakoni laga pertama mereka pun urung bertanding akibat cuaca yang tidak mendukung tersebut. Tidak mengherankan jika suara-suara yang menginginkan arena Roland Garros mempunyai atap kembali menguat.

Desakan itu bukannya tidak mendapat perhatian. Presiden Prancis Terbuka Guy Forget pun berjanji bahwa Court Philippe Chatrier, Roland Garros, akan mempunya atap pada 2020. Persoalannya, kata dia, keputusan itu tidak berada di tangannya.

"Saya pikir kami harus menghargai pendapat masyarakat, media, dan juga para pemain yang harus menunggu hujan berhenti selama berjam-jam di ruang tunggu atau di ruang ganti," ujar Forget.

"Kami tentu saja menunggu, menunggu, dan menunggu. Ketika (stadion) Wimbledon (Wimbledon), Melbourne (Australia Terbuka), dan New York (Amerika Serikat Terbuka) sudah beratap, Anda tahu, kami harus menungu sampai 2020 mendatang," ungkap Forget.

Pada hari pertama (Minggu, 22/5), tercatat hanya 10 laga yang dapat digelar dari 32 yang dijadwalkan lantaran hujan yang turun selama lebih dari 4 jam. Kemudian pada hari kedua kemarin, panitia kembali menunda pertandingan selama 2,5 jam.

Ketika tiga arena turnamen grand slam lainnya sudah beratap, Roland Garros memang menjadi yang terting­gal. Bahkan rencana renovasi dan perluasan stadion masih tersandung oleh sejumlah persoalan, di antara protes dari sejumlah orang lantaran perluasan itu dikhawatirkan akan merusak taman botanis yang bersejarah. (AP/AFP/Rul/R-2)