Warga Balikpapan Minta Pemerintah Kota Tidak Mengeluh

BANJIR yang melanda Kota Balikpapan tiap tahun harusnya menjadi bahan evaluasi agar ke depan tidak mengalami kondisi serupa. Pasalnya sebagai kota yang topografinya 85% adalah wilayah berbukit-bukit, secara umum hampir seluruh wilayah akan mengalami banjir setiap curah hujan tinggi turun.

''Kita perlu melihat cara Komplek Pertamina Balikpapan yang sejak awal mendesain kawasan/kompleknya dibangun dengan terasiring yang bagus. Saluran-saluran air mengalir lancar, dan konsisten mempertahankan ruang terbuka hijau yang konsisten sejak berpuluh puluh tahun lalu. Harusnya seperti itu,'' kata Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) kota Balikpapan, Wahyullah Bandung, Senin (3/4).

Komplek Pertamina adalah miniatur Balikpapan, lanjut Wahyullah, yang secara nyata memberikan contoh bagaimana mengelola kawasan secara baik. Bencana sesungguhnya adalah kekeliruan manusia mensiasati kondisi bentang alam Balikpapan.

Ia mengharapkan pemerintah kota dapat bekerja keras dalam mengatasi banjir bukan mengeluh karena anggaran defisit.

Sementara Direktur Kaltim Inisiatif Adi Supriadi menegaskan bahwa tidak adanya anggaran yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Balikpapan dalam penangangan banjir, adalah kesalahan besar. Padahal harusnya menjadi prioritas utama. Karena hampir tiap tahun kondisi ini terjadi bahkan tiap kali hujan dengan intensitas tinggi beberapa daerah mengalami banjir.

''Kalau alasannya anggaran harus mampu mensiasati. Selama beberapa tahun Balikpapan dimanjakan dengan APBD yang besar mencapai Rp3 triliun. Nah, setelah anggaran defisit hingga 50% mereka bingung. Artinya mereka tidak siap dan tidak kreatif dalam menyusun program pembangunan, malah sebaliknya mengeluh bangkrut,'' tegasnya

Upaya yang bisa dilakukan pemkot dalam mensiasati defisit tersebut, saran Adi, adalah pemberdayaan peran BUMD. Selain itu, perlunya memaksimalkan PAD dari pajak. Pemberlakukan pajak daring merupakan suatu keniscayaan yang harus dilakukan. (OL-4)