Petani di Pantura Berebut Air

MUSIM tanam padi di sebagian wilayah pantai utara Jawa, seperti Demak, Kudus, Pati, dan Grobogan, mundur dari 1 September hingga 1 Oktober mendatang. Hal itu berpotensi menimbulkan sejumlah masalah, seperti minimnya suplai air, ketersediaan bibit, obat-obatan, dan jaminan stok pupuk.

Petani yang selama ini mengandalkan sistem pengairan Waduk Kedungombo harus gigit jari karena elevasi tinggi muka air masih rendah sehingga belum ada penggelontoran air.

Ketua Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (FP3A) sistem Kedungombo, Kaspono, mengatakan kondisi serbaterbatas itu dinilai akan memicu potensi gesekan antarpetani.

“Saat ini saja penyedotan air sudah berlangsung, bahkan jumlahnya mencapai ratusan pompa air meskipun jumlah air yang tersedia terbatas,” katanya, kemarin.

Tidak hanya berebut air, imbuhnya, tapi juga pupuk, bibit, dan obat-obatan. “Karena petani mempubutuhkan barang ini dalam waktu hampir bersamaan, sehingga jika terjadi kelangka­an a­kibat terbatasnya barang kebutuhan ini, akan timbul gejolak,” ujarnya.

Untuk pupuk bersubsidi, Pemkab Kudus menjamin ketersedia­annya. “Masih tersisa 40% pupuk dari alokasi bersubsidi. Petani tidak perlu khawatir, ketersediaan pupuk bersubsidi mencukupi untuk musim tanam ini,” kata Kepala Dinas Pertanian, Perikan­an, dan Kehutanan Kabupaten Kudus Edy Suprayitno.

Sedikitnya 100 hektare tanaman padi di Kompleks Persawahan Manikin, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, gagal panen akibat krisis air selama satu bulan terakhir. Areal persawahan yang gagal panen itu pun beralih fungsi menjadi padang pengembalaan.

Di lain hal, petani di kecamatan Tukdana, Bangodua, Su­kagumiwang dan Kertasemaya di Kabupaten Indramayu, Jabar, kembali menanam padi untuk ketiga kalinya setiap tahun karena paling dekat dengan sumber pengairan, yaitu Bendung Rentang, yang terletak di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka.

Meski begitu, kekhawatiran tetap muncul karena pasokan air dari saluran irigasi Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang belum optimal. Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu Sutatang menyebutkan sekitar 60% salur­an irigasi tersier di Indramayu saat ini rusak.

Untuk meningkatkan produksi padi, aliran Sungai Cijalu, Desa Bantarkalong, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, akan dibendung untuk dapat mengalirkan air ke lahan seluas 10 ribu hektare pada musim kemarau basah ini. (AS/PO/UL/AD/RF/DG/BB/N-4)