Revolusi Mental dalam Wujud Gejlog Lesung

MESKI langit malam telah gelap gulita, Lapangan Pokoh, Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), justru terang benderang, Sabtu (20/8) . Ratusan masyarakat berkumpul di lapangan itu sambil berulang kali memekikkan kata "Merdeka!."

Malam itu menjadi puncak perayaan HUT ke-71 RI. Warga setempat mengisinya dengan berbagai hiburan rakyat, paduan suara, stand up comedy, pentas drama, seni tari, hingga pemutaran film berjudul Merah Putih. Namun, apa yang ditampilkan malam itu bukan hiburan biasa yang sekadar menghibur tanpa makna.

Sang pembawa acara, Zen, mengatakan hiburan yang ditampilkan malam ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat kemerdekaan sekaligus menyosialisasikan makna revolusi mental di benak warga. Salah satunya, seni Gejlog Lesung yang dibawakan ibu-ibu dari Manunggal Budaya.

"Seni Gejlog Lesung merupakan kesenian tradisional yang menyiratkan makna revolusi mental," kata Zen kepada Media Indonesia.

Gejlog Lesung berasal dari suara alu yang dipukul-pukulkan secara teratur pada kayu besar yang dibuat seperti perahu yang disebut lesung.

Lesung dulu digunakan masyarakat perdesaan untuk memisahkan padi dari tangkai-tangkainya. Padi kering dimasukkan ke lesung, kemudian ditumbuk dengan alu secara berirama.

"Dalam memainkan Gejlog Lesung, harus penuh semangat integritas, memiliki etos kerja, dan gotong royong. Itu sama halnya dengan gerakan nasional revolusi mental seperti yang dikampanyekan pemerintahan Presiden Joko Widodo," sambung Zen.

Meski telah lama digaungkan, gerakan ini belum cukup mafhum dikenal masyarakat, khususnya di kalangan muda belia. "Ini (revolusi mental) perlu terus digelorakan untuk menumbuhkan integritas kebangsaan," kata Camat Ngemplak, Subagyo.

Misalnya, Ajeng Athaya Kanahayanda, 9. Anak perempuan yang baru duduk di kelas 4 SD itu mengaku belum tahu betul makna revolusi mental. Yang dia tahu, bahwa 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan RI dan sebagai generasi penerus bangsa, dia ingin mengisi kemerdekaan.

Gadis ini juga teramat ingin tahu soal bagaimana sejarah Indonesia merdeka. Makanya, dia sangat senang ketika diberikan kaset film Merah Putih. Karena itulah, Zen menilai, media film cukup efektif dalam mengajarkan revolusi mental. (Furqon Ulya Himawan/N-4).