Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMERINTAH Kabupaten (Pembkab) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini punya program wisata ramah penyandang disabilitas atau difabel.
Bernama Laku Wirasa, program ini mewajibkan setiap pramuwisata bisa berbahasa isyarat hingga adanya layanan wisata berbasis Virtual Reality (VR) bagi penyandang disabilitas. Laku Wirasa merupakan akronim dari "Layanan Kulon Progo Wisata Ramah Disabilitas".
Dinas Pariwisata Kulon Progo melaksanakan acara Grand Launching Laku Wirasa baru-baru ini atau pada Jumat (27/10) di Amphitheater Taman Budaya Kulon Progo, DIY.
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Kereta Api Argo Semeru dan Argo Wilis di Sentolo dan Penanganannya
Dalam peresmian tersebut, Laku Wirasa dipamerkan pada sesi khusus pembacaan braille dan uji coba VR Laku Wirasa sebagai simbol kepedulian terhadap pentingnya Destinasi Wisata yang ramah difabel.
Acara Grand Launching turut dihadiri oleh Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Bendara, PJ. Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti, dan Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito.
Tak ketinggalan, para penyandang difabel turut memeriahkan acara dalam sesi peragaan busana.
Inclusive Tourism di Daerah Istimewa Yogyakarta
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Bendara mengatakan,“Kulon Progo mendahului untuk membuat inclusive tourism yang berada di DI Yogyakarta. Saya harap ini dapat berkembang dan membuktikan Yogyakarta siap mengadaptasi inclusive tourism.”
Baca juga: Ini Daftar Wilayah Terdampak Proyek Tol Yogyakarta-Kulon Progo
Menurut Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti, program Laku Wirasa dapat membawa pembaharuan bagi layanan wisata. “Harapannya, semua wisatawan termasuk teman-teman difabel dapat dilayani dengan baik di Kulon Progo,” jelasnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito menerangkan, salah satu layanan dalam Laku Wirasa yaitu mewajibkan seluruh pemandu wisata di bawah naungan Dinas Pariwisata Kulon Progo untuk bisa berbahasa isyarat.
"Selain diberikan pelatihan keterampilan bahasa Inggris, pemandu wisata juga dibekali keterampilan bahasa isyarat guna memudahkan wisatawan penyandang disabilitas," papar Joko.
Teknologi Virtual Reality (VR) turut melengkapi program ini. Menggandeng PT Vilabs Teknologi Indonesia (VILABS) sebagai mitra teknologi, pengembangan VR bertujuan sebagai pengenalan dan simulasi bagi penyandang disabilitas sebelum nantinya bisa berkunjung langsung untuk berwisata di Kulon Progo.
Baca juga: Sri Sultan Dorong Peran Warga Cegah Peredaran Narkoba
Dalam dunia VR ini, penyandang disabilitas akan dipandu oleh tokoh wayang wisata Kulon Progo, yaitu Geblek dan Sengek.
Dua tokoh ini akan mengajak berkeliling ke destinasi wisata di Kulon Progo, yang nantinya di setiap titik ada penanda berupa warna merah, kuning, dan hijau dengan arti khusus.
Merah artinya sulit dijangkau. Kuning bisa dijangkau tapi harus berhati-hati dan butuh pendampingan. Kemudian hijau artinya mudah dijangkau.
"Misal sewaktu berkeliling via VR di Widosari, akan ada penanda warna merah bagi tunanetra. Tapi tunadaksa dan tunarungu kemungkinan bisa kuning atau hijau. Tanda-tanda ini penting sebagai petunjuk apakah rekan-rekan difabel dapat menjangkau lokasi tersebut," terang Joko.
Ia melanjutkan, Laku Wirasa menjadi langkah awal untuk menciptakan inklusif tourism atau pariwisata ramah difabel di Kulon Progo. Ke depan, pariwisata ramah difabel juga akan dimasukkan ke dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) 2025 Kulon Progo.
"Kami juga akan mengupayakan ini jadi Perbup (Peraturan Bupati), lalu akan kita masukkan ke Rencana Induk Pembangunan Pariwisata 2025 agar inclusive tourism bisa menjadi bagian dari program kami," jelasnya.
Teknologi yang digunakan di Laku Wirasa adalah aplikasi 10 Desa Wisata Kulon Progo dengan teknologi VR dengan tujuan untuk memberikan solusi bagi difabel untuk menikmati keindahan dan keseruan destinasi wisata ekstrem di Kulon Progo
Desa Wisata yang bisa dikunjungi dalam Virtual Reality di antaranya Desa Wisata Nglinggo Pagerharjo: Kebun Teh Nglinggo; Desa Wisata Nglinggo Pagerharjo: Lengger Tapeng; Desa Wisata Ngargosari: Kebun Teh Tritis; Desa Wisata Ngargosari: Puncak Widosari: Desa Wisata Gerbosari: Puncak Suroloyo; Desa Wisata Jatimulyo: Gua Kiskendo & Goa Sumitro
Selain itu, masih ada Desa Wisata Purwosari: Ayunan Langit Watu Jaran; Desa Wisata Sermo: Waduk Sermo:; Desa Wisata Banaran: Konservasi Penyu Pantai Trisik: dan Desa Wisata Glagah: Offroad Pantai Glagah.
Baca juga: Dukung Pengembangan UMKM, Bakpia Kukus Tugu Jogja Jalin Kerja sama dengan Pemkab Sleman
Teknologi VR menghadirkan wahana wisata virtual ke destinasi wisata tersebut seperti berada langsung dan bisa berpindah dari satu destinasi ke destinasi lain dalam waktu singkat tanpa perlu menempuh jarak yang jauh. Dengan suasana 360 view seakan-akan pengunjung merasakan kondisi nyata.
Direktur Vilbas (vilabs.id) Ambar Setyawan mengaku bangga dengan adanya kerja sama dalam program ini.
“Sebagai perusahaan startup asli Yogyakarta, Vilbas merasa bangga atas kesempatan yang diberikan pihak Dinas Pariwisata Kulon Progo untuk mengembangkan teknologi VR," jelas Ambar.
"Penerapan VR bertujuan memberikan inovasi dan pengalaman yang lebih baik bagi para calon wisatawan dan khususnya penyandang disabilitas untuk bisa menikmati indahnya wisata Kulon Progo. Kami berharap penerapan teknologi ini mampu mendorong Desa Wisata lebih bisa dijangkau dan lebih menarik bagi masyarakat,” pungkas Ambar. (RO/S-4)
Di Kampoeng Heritage Kajoetangan, warga bergotong royong mempercantik rumah agar sesuai konsep.
Untuk Idul Adha saja, Rajendra Farm biasa mendapat pesanan 4.500 kambing. Sebagian besar dari Singapura.
Tinalah (Dewi Tinalah) merupakan salah satu desa wisata di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang masih dalam kawasan koordinatif Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB).
Bergabung dalam Kkoter 46 Embarkasi Solo (SOC 46), kisah hidupnya menggambarkan perjuangan, ketabahan, dan keberkahan.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Wates Kabupaten Kulonprogo.
Lebih dari 300 petani dari berbagai kelompok tani dan koperasi komoditas kedelai di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, menyambut baik pembelian kedelai oleh PT FKS Multi Agro Tbk.
Dalam beberapa waktu terakhir, udara dingin menyelimuti Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan suhu di sana sempat menyentuh 17 derajat celsius.
Dari Januari hingga Juni 2024, CV Palem Craft berhasil mengekspor produknya senilai total US$245.000. Produk furnitur Indonesia banyak diminta di pasar Amerika dan Eropa.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan pelepasan ekspor produk dekorasi dari salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta
Hal itu dipengaruhi oleh kecukupan pasokan dan di tengah masih berlanjutnya panen raya padi, baik intra provinsi maupun antar provinsi.
WULING Motors (Wuling) menggelar program Wuling Bakti Pendidikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal itu dilakukan dalam rangka menyambut 7 tahun kiprah Wuling
Aglaonema Park ialah satu kawasan wisata yang menampilkan koleksi 90.000 tanaman Aglaonema yang terdiri dari 209 spesimen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved