Nostalgia Kuliner Khas di Kampung Halaman

LIBUR Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum paling tepat bagi sebagian keluarga untuk berkumpul dan melepas rindu bersama. Berburu kuliner dan oleh-oleh menjadi agenda favorit.

Selain untuk bersilaturahim, mudik menjadi ajang bernostalgia dengan rasa makanan khas daerah asal. Makanan daerah menjadi kuliner yang diburu ketika momen mudik berlangsung.

Para pemudik dengan kendaraan pribadi bahkan sengaja singgah di setiap kota demi bisa berwisata kuliner. Makanan berat langsung disantap, sedangkan makanan ringan seperti bakpia dan keripik belut yogya, lunpia semarang, dodol garut, dan sebagainya menjadi buah tangan untuk keluarga dan tetangga di kota. Bagi warga Minang yang mudik Lebaran, kerupuk sanjai, karak kaliang, keripik balado, kerupuk jangek (kulir sapi), ampiang dadiah, dendeng, dan rendang ialah oleh-oleh khas Minang yang biasa dibawa.

Seorang kapten kapal yang tinggal di Jakarta, Effendi Ismail, juga menjadikan oleh-oleh sebagai ‘beban relasi sosial’. Baginya, membawa oleh-oleh menandakan identitas sebagai perantau. "Ini ciri khas orang awak yang merantau," ujarnya kepada Media Indonesia di Pasar Lereng Bukittinggi, Sumatra Barat, pekan lalu.

Effendi memilih gerai kerupuk sanjai Nitta untuk membeli oleh-oleh. Di sana ia menemukan beragam kerupuk yang berbahan baku singkong (ubi kayu) seperti sanjai, karak kaliang, kerupuk balado.

Di Godean, Kabupaten Sleman, Dae­rah Istimewa Yogyakarta (DIY), keripik belut Wati selalu diburu para pemudik khususnya yang akan kembali ke kota tempat mereka selama ini bekerja.

Pemkab Sleman telah membangun sebuah lokasi yang khusus menjual keripik belut sebagai makanan khas. Tempat penjualannya berada di Pasar Kuliner Belut di Godean, Kabupaten Sleman.

Lazimnya kebiasaan orang Indonesia saat Lebaran, berburu oleh-oleh merupakan agenda yang wajib dilakukan sebelum pulang nanti. (YH/AU/M-2)