Restorasi Gambut Fokus pada Tata Air

KEPALA Restorasi Gambut Nazir Foead mengatakan bahwa restorasi gambut yang sedang dilakukan saat ini akan difokuskan pada dua hal, yakni tata air dan revegetasi. Sejak 2015, beberapa perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat dibantun dengan TNI dan Polri setempat sudah melakukan penataan air pada lahan-lahan gambut. Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, dan Sumatra Selatan merupakan beberapa wilayah yang sudah dilakukan perbaikan tata air.

"Yang sedang difokuskan sekarang ini adalah tata air. Sejak tahun lalu secara masif sudah dilakukan, tata airnya diperbaiki, gambut kebakaran karena lahannya kan kering. BRG fasilitasi masyarakat untuk ini, banyak sekat-sekat kanal berbasis unit ekosistem," ujarnya saat dihubungi, Minggu (3/4).

Ia menjelaskan perbaikan tata air ini hanya dapat dilakukan pada kawasan budidaya saja. Sebab, dalam Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 pasal 2 menyebutkan bahwa Sasaran Pengelolaan kawasan lindung adalah untuk melindungi fungsi lindung terhadap air, tanah, iklim, tumbuhan, dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa. Juga untuk menpertahankan keanekaragaman satwa, tumbuhan, tipe ekosistem, dan keunikan alam.

Dalam proses revegetasi, vegetasi awal akan dikembalikan kemudian disesuaikan dengan karakteristik dari gambut tersebut.

"Nanti disesuaikan dengan jenis lahannya, kira-kira tanaman apa yang cocok untuk ditanami. Jangan lahan yang kering ditanami gambut," jelasnya.

Namun, dalam penentuan zonasi antara kawasan lindung dan budidaya sesuai dengan Perpres, ia mengatakan bahwa pengkajian mengenai zonasi ini baru akan dilakukan. Pengkajian zonasi ini akan membahas mengenai penetapan lahan berdasarakan landscape, KHG atau pun per kabupaten.

"Tentunya jika menggunakan KHG akan lebih mudah. Sementara untuk lahan-lahan yang sudah terlanjur ditanami, kita tunggu hingga hidroliknya habis kemudian jenis tanamanan yang akan ditanami disesuaikan dengan karakterik lahannya."(OL-4)