Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Warga di Kaki Tangkuban Parahu Ruwatan

DG/N-1
30/7/2019 02:00
Warga di Kaki Tangkuban Parahu Ruwatan
Acara ruwatan Tangkuban Parahu.(MI/Depi gunawan )

PASCAERUPSI Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, warga Kampung Gamblok RT 006/RW 07, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, menggelar tradisi ruwatan dan ritual tolak bala, kemarin.

Acara dimulai dengan pemotongan kambing hitam, dilanjutkan dengan memanjatkan doa yang diikuti tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat sekitar. Acara diakhiri dengan tarawangsa, buhun, dan seni terbang. Dalam ritual tersebut, warga juga membawa perbekalan nasi dan lauk-pauk untuk disantap bersama.

Salah seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua RT setempat, Maman Suherman, menerangkan, ruwatan dan ritual tolak bala rutin diadakan setiap tahun setiap bulan Hapit dalam kalender Sunda. Namun, penyelenggaraan tahun ini sedikit berbeda karena diadakan pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu.

"Tema acara ialah Repeh, rapih, merenah, dan tumaninah. Kegiatan diselenggarakan setiap tahun, sejak 1960," ujar Maman.

Menurut cucu kuncen Gunung Tangkuban Parahu itu, tradisi tahunan ini untuk menjauhkan warga dari marabahaya dan bencana.

"Hubungannya dengan alam, melalui ruwatan ini mudah-mudahan semua dija-uhkan dari bahaya. Ruwatan sudah dirancang sejak lama. Kebetulan Jumat (26/7) lalu gunung erupsi," ujarnya.

Pemangku adat Gunung Tangkuban Parahu, Budi Raharja, menjelaskan puncak tradisi ngaruwat gunung rutin diadakan pada 10 Muharam di Kawah Ratu Tangkuban Parahu. Tujuannya ialah mensyukuri nikmat yang telah diberikan, juga sebagai tolak bala agar dihindarkan dari bahaya.

Kampung Gamblok hanya berjarak 4 kilometer dari puncak Kawah Ratu. Untuk itu, ia mengharapkan semua pemangku kebijakan lebih terbuka dalam menginformasikan tentang kondisi Gunung Tangkuban Parahu yang sebenarnya kepada masyarakat sekitar.

Ia mengatakan warga Kampung Gamblok sebelumnya sudah mengetahui Gunung Tangkuban Parahu akan bergejolak sehingga tidak ada satu pun warga yang mendekati kawah. "Alhamdulillah, walaupun jarak dari kawah ke perkampungan dekat, abu vulkanis tidak sampai ke sini karena kita selalu melestarikan kearifan lokal," jelasnya.

Sementara itu, pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu batal membuka kembali kasawan itu untuk umum yang semula dijadwalkan kemarin (Senin, 29/7) karena material abu vulkanis akibat erupsi Kawah Ratu masih menutupi puncak kawasan tersebut. (DG/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya