Kasus Penyakit Kaki Gajah Masih Menyebar di Bangka Selatan

DINAS Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Bangka Selatan menyebutkan hingga saat ini ada 18 kasus kronis kaki gajah
tersebar di 5 kecamatan di kabupaten tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan KB, Supriyadi mengatakan 18 kasus kaki gajah tersebut berada di Toboali dan Tukak
Sadai 1 kasus, Simpang Rimba 2 orang, Batu Betumpang 3 orang dan Payung 11 orang. Jumlah ini dari 100 sampel yang diambil, ditemukan lagi 10 penderita baru. Selain itu, pada September 2018 juga dilakukan survei di Desa Bedengung 500 sampel, namun baru diperiksa 100 sampel dan yang ditemukan 10 penderita.

Tahun ini, lanjutnya, jumlah sasaran Kabupaten Basel mencapai 164.820 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 84.882 laki-laki dan 79.938 perempuan. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang belum mendapatkan sertifikat eliminasi kaki gajah hanya Kabupaten Basel dan Bangka.

Ia menyebutkan, Basel sudah 3 periode minum obat kaki gajah. "Periode pertama tahun 2005-2009, selanjutnya tahun 2011. Kita ikut Transmision Assesment Survey (TAS) 1, dan saat itu Basel lulus, namun TAS ke 2 Basel tidak lulus.Dilanjutkan lagi minum obat periode ke 2 tahun 2015-2016 dan tahun 2017 kita ikut lagi free TAS, tapi tidak lulus juga, sehingga kita harus mengulang lagi minum obat periode ke 3 dari tahun 2018-2019, dan tahun 2020 kita bisa ikut free TAS. Mudah-mudahan kita bisa lulus asalkan mendapat dukungan oleh masyarakat dengan meminum obat yang diberikan," kata Supriyadi.

Selama ini, ujarnya, obat yang diberikan sering tidak diminum oleh masyarakat, padahal DKPPKB sudah melakukan sosialisasi. "Pada awal Oktober, kita baru sosialisasi lagi di desa Bedengung tapi partisipasi masyarakatnya sangat kurang. Kalau kita mau lulus prevalensinya harus < 1% atau mikrofilarianya harus lebih kecil dari 1 TAS," ujarnya.

Kaki gajah/filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun. Penyakit ini, disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit kaki gajah dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin. (X-11)