Pilihan Warga Melepas Lelah

SEMANGAT Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) disambut hangat masyarakat Ibu Kota.

Namun, fasilitas batin tersebut perlu ditunjang dengan pemberdayaan untuk mengurangi ketimpangan kelas sosial.

Sosiolog Sunyoto Usman berpendapat pembangunan ruang publik harus dibarengi dengan program pemberdayaan untuk menghilangkan ketimpangan kelas sosial.

Ruang publik menjadi ruang bertemu semua lapisan masyarakat sehingga harus dijauhkan dari kemungkinan penguasaan oleh kelas pemilik modal.

“Pemprov DKI harus mengawal RPTRA agar ruang hijau tersebut tidak dikuasai kelas tertentu dalam jangka panjang,” tutur Sunyoto, kemarin.

Aktivitas pemberdayaan harus memiliki nilai yang menyatukan masyarakat. Letak tata ruang selayaknya menggunakan referensi yang mengacu pada hilangnya ketimpangan si kaya dan si miskin. “Sebaiknya diadakan aktivitas yang menyatukan keduanya seperti pentas seni, pameran lukisan, atau lainnya.”

Ruang publik terpadu ramah anak, menurut psikolog Roslina Verauli, telah menjadi kebutuhan dasar setiap orang khususnya warga Jakarta. Interaksi manusia dengan lingkungan akan berdampak positif karena bisa lebih mendalami pengenalan terhadap diri sendiri.

“Setiap orang butuh interaksi dengan lingkungannya. Dengan begitu, individu bisa lebih dapat mendalami siapa dirinya dan menjadikan dirinya sejahtera secara pribadi. Kita bisa lihat kenapa negara maju membuat banyak ruang terbuka, karena hal itu juga menjadi kebutuhan dasar masyarakat perkotaan,” cetusnya.

Ruang terbuka untuk interaksi akan berpengaruh besar bagi perkembangan anak. “Anak yang berinteraksi dengan lingkungan, alam terbuka akan, berkembang sensor motoriknya. Biarkan mereka menghayati ruang karena akan memengaruhi proses belajarnya, selain menjadi relaksasi bagi semua orang,” jelasnya.

Ira, warga Kayu Manis, Pramuka, Jakarta Timur, mengaku ruang publik dan taman sudah menjadi kebutuhan penting bagi dirinya. Taman Bronbeek di wilayahnya telah menjadi pilihan warga untuk melepas lelah setelah seharian beraktivitas sebagai ibu rumah tangga.

“Taman ini jadi pilihan kami melepas lelah, anak bisa bermain, jajanan juga lewat sini.Pedagang juga diuntungkan. Bagi kami masyarakat yang hidup pas-pasan taman ini sudah lebih dari cukup, tidak ada perbedaan kelas di sini,” tuturnya. (Ami/J-2)