Perang Modern melalui Candu

DALAM berbagai kesempatan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan gencarnya narkoba masuk ke Indonesia merupakan bagian dari perang candu.

Perang modern itu disebut proxy war.

Tujuannya menghancurkan generasi suatu bangsa.

"Itu nyata dan inilah yang dikatakan perang candu serta merupakan bagian dari perang modern yang dikatakan proxy war," ungkap Panglima TNI dalam kuliah umumnya di hadapan mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan), di Sentul, beberapa waktu lalu.

Narkoba, ungkapnya, merupakan bisnis ilegal terbesar di Indonesia saat ini.

Semua bisnis ilegal pasti akan merapat kepada aparat keamanan untuk mencari perlindungan, baik ke polisi maupun TNI.

Pada 2016, jelas Gatot, tercatat sekitar 5,1 juta penduduk Indonesia terlibat narkoba.

Setiap tahun ada 15 ribu jiwa meninggal akibat narkoba.

Jumlahnya melebihi korban akibat teroris.

Di sisi lain, mengawali 2017, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya telah mengungkap 37 kasus narkoba di wilayah di DKI Jakarta dan sekitarnya.

Sebagian besar dari kasus narkoba ini ditengarai masuk melalui jalur udara dan laut.

Dari 37 kasus narkoba di wilayah Ibu Kota, polisi telah menangkap 45 tersangka.

Dua orang di antaranya merupakan produsen, enam merupakan bandar, dan 36 di antaranya pengedar.

Dari seluruh kasus tersebut, telah terkumpul pula barang bukti berupa sabu sebanyak 115,5 kilogram, 234.939 butir ekstasi, 22.484 butir narkotika golongan IV, serta 16,6 kilogram pil ekstasi.

Tangkapan terbesar di awal 2017 terjadi di kawasan Cakung, Jakarta Timur, serta Bandengan, Jakarta Utara.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nico Afinta mengatakan pasar internasional narkotika masih menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial mereka.

Jakarta sebagai ibu kota menjadi tempat peredaran terbesar.

Barang haram tersebut biasanya masuk dari Guangzhou-Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, serta Singapura.

"Jalur laut paling banyak masuk. Ini kerja sama kita dengan polisi Malaysia sedang dijalankan. Salah satu hasilnya pengungkapan kasus 106,3 kilogram sabu di Bandengan, Jakarta Utara," ujar Nico.

Titik rawan

Di area Jabodetabek, Nico menyebutkan terdapat sejumlah titik rawan, yakni kawasan Teluk Gong, Marunda, serta perairan utara Bekasi.

Titik-titik perairan yang tak berpengawasan ketat ini kerap kali jadi celah bagi para pengedar.

"Upaya pembinaan nelayan sudah dilakukan Kapolres Bekasi, Dir Polair, dan Kapolres Pulau Seribu. Mereka juga punya Kasat Narkoba, Bekasi juga punya. Beberapa kali pernah melakukan penangkapan berdasarkan informasi dari nelayan," ungkapnya.

Terkait dengan peredaran narkoba di tempat hiburan malam, ia menegaskan, pihaknya dan Pemprov DKI Jakarta berkomitmen menindak tegas tempat-tempat hiburan malam yang terbukti mengedarkan narkoba. (Nic/J-3)