Gong Xi Fa Chai dalam Jabat Tangan

MUSIK gambang kromong khas Betawi mengalun lembut di kediaman Khi Wa, 55, di Jalan Bekasi Timur IV No 11 RT 006/008, Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur, di perayaan Tahun Baru Imlek 2568, kemarin.

Garasinya telah disulap Khi Wa menjadi ruang tamu, lengkap dengan pernak-pernik lampion merah, untuk menyambut kedatangan saudara dan tetangganya yang ingin bersilaturahim.

"Gong Xi Fa Chai, ya, Bu," ucap salah seorang tetangganya dengan logat Betawi sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Khi Wa pun menyambut jabat tangan tetangganya itu sambil tersenyum.

"Gong Xi Fa Chai, Pak. Tapi Bapak kurang tepat, seharusnya mengucapkan Gong Xi Fa Chai sambil begini," jawab Khi Wa sambil mengepalkan kedua tangannya. Gelak tawa pun lepas di antara mereka.

Tak menunggu lama, Khi Wa bersama tetangganya langsung menyantap ketupat opor ayam yang telah disiapkannya. Sebagai anak tertua dalam keluarga, Khi Wa juga kedatangan sanak saudaranya.

Yudi, 40, salah satu saudara Khi Wa yang beragama Islam, turut hadir dalam perayaan itu. Tak cuma di kediaman Khi Wa, semangat toleran juga kental terasa di sejumlah wihara.

Di Balikpapan, Kalimantan Timur, ratusan warga sedari pagi sudah memadati Wihara Satya Dharma.

"Saya sengaja bawa anak-anak datang ke sini untuk lihat barongsai," kata Tiara, salah seorang warga non-Tionghoa, yang hadir di wihara itu sambil membawa anak-anaknya.

Anak-anaknya begitu gembira saat melihat tubuh barongsai meliuk-liuk dan melompat dengan tangkasnya. Tawa mereka tak putus saat barongsai singa itu bolak-balik mengerlingkan mata untuk menggoda mereka.

"Selain untuk hiburan, saya ingin anak-anak sejak kecil sudah terbiasa dengan keragaman perbedaan," kata Tiara. Benar saja ucapan Tiara. Anak-anaknya tak butuh waktu lama untuk berbaur bersama anak-anak lainnya, termasuk anak-anak dari etnik Tionghoa. Mereka larut dalam kegembiraan yang sama. (Aya/SY/Tim/J-1)