Ahok Pilih Dipenjara daripada Mundur

PETAHANA calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok lebih memilih dipenjara atas dugaan kasus penistaan agama jika dibandingkan dengan harus mundur dari pencalonannya di Pilkada DKI 2017. Hal itu disampaikan bila ia memang dianggap telah mengacaukan kondisi negeri ini.

Ahok menjelaskan, meski ia mundur, tetap saja akan ada pihak tertentu yang memang tak menyukainya maju kembali memimpin Jakarta. Ia menduga bakal tetap ada orang yang berupaya memenjarakannya dengan berbagai alasan.

"Sudah saya sampaikan, kalau karena saya membuat negara kita begitu kacau, saya rela ditangkap, dipenjara. Namun, saya tidak akan pernah mundur. Kalau mundur, saya juga akan dipenjara. Tapi bukan (dipenjara) karena difitnah menghilangkan kata 'pakai'," jelas Ahok di Jalan Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.

"Saya lebih ikhlas, rela kalau salah proses hukum. Ya tangkap saya, penjarakan saya saja," tambah Ahok.

Ahok mengaku selama ini sudah menjalani prosedur. Ia sudah mendatangi panggilan kepolisian dan sudah meminta maaf karena tidak berniat menghina Alquran. Pasalnya, Ahok pun memiliki ibu angkat muslim sehingga ia sangat menghargai Islam. "Saya lepas kaus kaki kalau ke kuburan keluarga saya yang muslim, jadi bagaimana mungkin menghina?" kata Ahok.

Selain itu, penyebar potongan video Ahok di Kepulauan Seribu, Buni Yani, pun sudah mengaku salah telah menghilangkan salah satu kata yang menjadikan pernyataan Ahok salah tafsir. Namun, proses hukum tetap berjalan. Kini Ahok pasrah menjalani proses hukum.

Seusai didemo oleh ratusan ribu pengunjuk rasa, Jumat (4/11), Ahok tetap melakukan aktivitas kampanye, kemarin. Ahok, antara lain, menghadiri acara workshop Jasmev 2017 di rumah Mooryati Soedibyo, Jalan Mangunsarkoro, Menteng, Jakpus.

Kedatangan Ahok disambut riuh peserta pelatihan. Lagu salam dua jari pun mengiringi Ahok saat masuk ke rumah pendiri Mustika Ratu itu.