Menjadi Petani di Pekarangan Sendiri

KEINGINAN Somad, 26, untuk menyalurkan hobi berkebunnya tidak surut meskipun ia tidak memiliki lahan yang luas.

Di lantai dua rumahnya di Cikoko, Cawang, Jakarta Timur, Somad bisa memanen berbagai macam sayur dan buah.

Dengan pot-pot tanaman, teras lantai dua rumahnya itu telah disulap menjadi kebun yang hijau dan menghasilkan.

"Kalau tidak memiliki lahan luas di rumah, bisa pakai pot, poly bag, kaleng bekas, plastik yang dilubangi," tuturnya saat ditemui Media Indonesia, beberapa waktu lalu.

Beberapa jenis tanaman yang coba dirawat Somad ialah selada, tomat, dan kangkung.

Ketekunannya tidak sia-sia.

Sudah beberapa kali ia bisa memanen sayur dan buah.

Seperti saat ini, ia bersiap untuk memanen selada yang sudah ditanam dan dirawatnya selama 20 hari.

"Saya memilih menanam sayuran karena lebih mudah dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari," tuturnya.

Padatnya aktivitas sebagai pegawai swasta tidak membuat Somad keteteran mengatur waktu untuk merawat tanaman-tanamannya.

Saban pagi, sebelum berangkat kerja, ia menyempatkan diri untuk menengok sayur dan buah yang ia tanam.

"Habis salat subuh, sebelum jalan kerja ya disempatkan untuk disiram. Pekerjaan sebagai pegawai swasta bukan masalah, masih bisa berkebun," kata Somad.

Kerja keras merawat tanaman yang dilakukan Somad tidak selalu mulus.

Musuh terbesar yang ia hadapi saat ini ialah tikus.

"Tikus-tikus yang jadi halangan. Tapi saya akalin dengan menaruh pot digantung bukan ditaruh di lantai," ungkapnya.

Seperti Somad, Wati, 29, warga Cengkareng, Jakarta Barat, juga memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk berkebun.

Bagi Wati yang juga pekerja swasta, kegiatan berkebun bisa menjadi pelepas penat dari rutinitas.

"Yang bikin saya senang merawat kebun kalau lagi bete bisa lihat-lihat kebun sambil merawat, bisa hilang stres saya," ujarnya.

Selain itu, memiliki kebun bisa menghemat uang belanja dapur karena hampir semua tanaman yang ia rawat bisa dimanfaatkan untuk dimasak, seperti sawi, terong, cabai, dan kangkung.

"Pokoknya puas kalau sudah bisa panen. Senang lihat hasilnya," kata Wati. (Akmal Fauzi/J-4)