Sopir Angkutan Umum Enggan Turunkan Tarif

Nicky Aulia Widadio
05/4/2016 12:04
Sopir Angkutan Umum Enggan Turunkan Tarif
(ANTARA FOTO/Yossy Widya)

MESKI penurunan tarif angkutan umum sebesar 13 persen mulai diberlakukan mulai hari ini (Selasa, 5/4), sejumlah supir angkutan umum di Jakarta Barat enggan menurunkan tarif. Mereka beralasan belum menerima surat edaran dari Organisasi Angkutan Darat (Organda). Hal ini membuat para penumpang kecewa.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, para supir angkutan kota (angkot) dengan nomor trayek M11 jurusan Tanah Abang-Meruya dan angkot dengan nomor trayek M24 jurusan Grogol-Srengseng belum satu pun yang menempelkan surat penyesuaian tarif dari Organda. Begitu juga dengan kopaja nomor trayek 88 jurusan Slipi-Kalideres.

"Belum dapat suratnya jadi kita belum turunin tarif," ujar supir angkot M24, Jamal, Selasa (5/4).

Ia menyatakan baru akan menurunkan tarif setelah menerima surat resmi penyesuaian tarif dari Organda. Jamal mengaku telah mengetahui perihal penurunan tarif melalui pemberitaan di media massa. Ia dan para supir M24 lainnya pun tidak khawatir akan kemungkinan terkena razia akibat belum menurunkan tarif.

Alasan lainnya para supir angkot enggan menurunkan tarif adalah belum turunnya jumlah setoran kepada para pemilik mobil. Menurut supir angkot M11, Ato, harga bahan bakar minyak (BBM) yang turun bukan satu-satunya indikator untuk menurunkan tarif. "Setoran nggak turun, harga suku cadang juga tetap. Kalau cuma bensin yang turun ya kami (supir) yang rugi," kata Ato.

Supir kopaja nomor trayek 88, Bagus, juga mengaku belum menerima informasi resmi dari Organda. Hingga saat ini, ia masih menarik tarif Rp 4 ribu kepada para penumpangnya. Seharusnya tarif bis Kopaja mulai hari ini turun menjadi Rp 3.500. "Saya udah tahu ada penurunan tarif, tapi karena belum dapat info resmi jadi belum diturunkan," cetusnya.

Namun para supir angkutan umum tersebut akan meminta kepada para pemilik mobil untuk menurunkan jumlah setoran. Besar setoran setiap angkot berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 150 ribu. Sementara setoran untuk bis kopaja berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. "Pemilik mobil harus mau turunin setoran, kalau nggak diturunkan kami (supir angkot) nggak mau bawa mobil mereka," ujar supir angkot M24, Muhammad.

Keputusan para supir angkutan umum yang belum menurunkan tarif sontak membuat para penumpang kecewa. Meski sudah berlaku, masih banyak penumpang yang tidak mengetahui adanya penurunan tarif. Salah satunya adalah penumpang angkot M24, Musarofah Hari ini, ia masih membayar tarif normal yakni Rp 4 ribu. Setelah mengetahui adanya penurunan tarif, ia mengaku kecewa terhadap para supir angkot. Menurutnya, supir angkot harus menginformasikan hal tersebut kepada penumpang dengan menempelkan surat penyesuaian tarif dari Organda. "Kalau menaikkan tarif mereka (sopir angkot) cepat banget, giliran turun malah nggak diinformasikan," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Safira. Mahasiswi di salah satu universitas swasta di Jakarta Barat mengaku kecewa dengan hal ini. Namun, ia tidak mempermasalahkan jumlah uang Rp 500 yang tidak dikembalikan oleh supir angkot kepadanya. "Buat orang lain bisa saja Rp 500 itu begitu berharga. Harusnya supir angkot bijak dengan menempelkan surat pemberitahuan," tuturnya.

Selain angkot dan bis kopaja, taksi ekspress pun hingga hari ini belum menurunkan tarifnya. Tarif yang berlaku seharusnya adalah Rp 6.500 untuk buka pintu, Rp 3.500 per kilometer dan Rp 42 ribu untuk waiting time. Namun tarif hari ini masih Rp 7.500 untuk buka pintu, Rp 4 ribu per kilometer, dan Rp 48 ribu per kilometer.

Salah satu supir taksi Ekspress, Hendro mengatakan belum ada informasi resmi dari pihak kantor terkait penurunan tarif. "Biasanya kalau ada perubahan tarif pasti langsung otomatis berubah di sistem argo. Tapi hari ini untuk buka pintu, di argonya masih Rp 7.500," jelas Hendro.

Berbeda dengan para supir angkutan umum lainnya, bagi para supir taksi penurunan tarif justru disambut baik. Mereka berharap dengan turunnya tarif, semakin banyak warga Jakarta yang mau kembali menggunakan jasa taksi. "Biar bisa bersaing dengan transportasi dalam jaringan. Makanya penurunan tarif ini lebih cepat lebih baik," tutur Hendro. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya