Aparat Terjerat Narkoba kian Masif

OPERASI penindakan aparat pemerintah yang terlibat narkoba menunjukkan gejala yang kian mengkhawatirkan.

Setelah Bupati Ogan Ilir, Sumsel, Ahmad Wazir Nofiadi Mawardi dan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jeneponto, Sulsel, Hasanuddin, sebanyak sembilan polisi di Bogor, Jabar, kemarin, ditangkap.

Hasil pengungkapan kasus narkoba yang terus digelar memperlihatkan pengaruh zat terlarang itu kian masif di kalangan aparat negara.

Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, kemarin, menyatakan belum lama ini pihaknya melakukan tes urine di lingkungan Polres Bogor.

Hasilnya, dipastikan sembilan anggotanya positif menggunakan narkoba.

"Sudah ada sembilan yang diungkap dari tes urine, positif, namun tidak ditemukan barang bukti," tegas Suyudi kepada wartawan di Bogor, kemarin.

Bukan hanya itu, di antara kesembilan polisi tersebut, seorang anggota polisi dari satuan Shabara Polsek Leuwiliang, Resor Bogor bahkan dinyatakan sebagai bandar.

Penyelidikan terhadap oknum berinisial MI berpangkat brigadir kepala itu, menurut Kapolres Bogor, masih terus dikembangkan.

"MI ini bandar. Untuk wilayah sedang dikembangkan. Dapat dari mana, jual ke mana saja, sedang terus dikembangkan," jelasnya.

Suyudi menambahkan pihaknya tidak akan pandang bulu dalam menindak jajarannya yang terbukti terlibat.

Adapun sanksi terhadap mereka yang terlibat, diadakan pembinaan, di antaranya dengan memasukkan ke pesantren.

"Kita pesantren kilatkan selama 3 hari. Karena kita ada program revolusi mental, program fungsi kepolisian," ujarnya.

Pembinaan kesembilan anggota itu, lanjutnya, dilakukan bekerja sama dengan pesantren di daerah Cibubur.

Permintaan tes

Di lain sisi, Badan Narkotika Nasional (BNN) dilaporkan akan kembali menyidik Bupati Ogan Ilir, Ahmad Wazir Nofiadi Mawardi setelah proses detoksifikasi atau proses membuang racun dari dalam tubuh sebagai bagian dari rangkaian rehabilitasi di Lido, Bogor, Jabar.

Kabag Humas BNN Kombes Slamet Pribadi mengatakan proses detoksifikasi biasanya dilakukan selama 14 hari.

Selesai proses itu, penyidik akan kembali memeriksa Nofiadi.

"Sekarang belum bisa (diperiksa), belum bisa dikunjungi karena dia kan masuk ruang khusus. Setelah 14 hari itu baru diperiksa," kata Slamet, kemarin.

Slamet mengatakan, pascape-nangkapan Nofiadi, permintaan gelombang tes urine ke pejabat atau kepala daerah terus berdatangan ke BNN.

"Sebelumnya memang banyak (permintaan tes urine). Tetapi, pascapenangkapan (Nofiadi) ada peningkatan drastis. Tentu ini kami sambut positif."

Slamet menambahkan, peredaran narkoba yang kian masif tak dipungkiri saat ini sudah masuk kalangan pejabat daerah.

Hal itu tentunya menjadi perhatian BNN yang terus melakukan pendalaman.

Pada bagian lain, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel Komisaris Besar Frans Barung Mangera menyatakan penanganan narkoba di Polda Sulawesi Selatan hinga Maret ini tercatat meningkat 34% dari kasus 2015.

Adapun, Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau, kemarin, dilaporkan mencokok lima tersangka pengedar sabu dan eks-tasi. Petugas pun menyita 3 kg sabu dan 1.560 butir ekstasi. (Mal/LN/X-7)