Heru Buka-Bukaan soal Risiko Dampingi Ahok

BUKAN tanpa tantangan bagi Heru Budi Hartono mendampingi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017. Yang pasti, ia mundur dari jabatannya sebagai Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).

Heru mengakui bahwa mendampingi Ahok dalam pilkada bukanlah hal yang mudah. Salah satu risiko yang ia hadapi adalah aturan yang mengharuskan dirinya mundur dari jabatannya.

Meski demikian, Heru mengaku tidak terlalu mempermasalahkan aturan tersebut karena pengajuan pengunduran diri baru akan dilakukan setelah ia sah menjadi calon wakil gubernur.

Sementara hal yang wajib dilakukannya saat ini adalah mengajukan surat pertnyataan kesiapan mengundurkan diri karena masih dalam tahap pendaftaran. Namun, ia menyatakan siap jika nantinya ada peraturan yang mengharuskan dirinya mundur dari jabatannya walaupun masih dalam tahap pendaftaran.

Kalau pun nanti ada hal-hal tertentu, sebelum mendaftar harus mengundurkan diri, misalnya, ternyata di dalam pendaftaran menurut KPU tidak memenuhi syarat, kalau sudah terlanjur mengundurkan diri ya udah.

“Memang suratan garis tangan yang diberikan kepada saya dari yang kuasa. Ngga masalah. Saya memberikan dukungan kepada gubernur saya untuk bisa apa yang diharapkan kalau independen ya kami dukung. Dan ini adalah pertama kali pencalonan gubernur independen kan? Dan semua orang akan melihat itu, mungkin akan menjadi contoh di berikutnya. Dan harus diusahakan, dicoba, dilalui,” katanya.

Selain kemungkinan kehilangan jabatannya, Heru juga mengungkapkan adanya tantangan lain jika nanti ia terpilih sebagai wakil gubernur. Target yang tinggi hingga sifat Ahok yang perfeksionis, menjadi tantangan tersendiri bagi Heru.

“Risiko yang pertama ya harus mengundurkan diri dari PNS. Yang kedua, ke depan tentunya target-target dari Pak Gubernur harus sesuai dengan program-program beliau ya kita harus jalankan. Tentunya kan saya sudah paham beliau selama 2012. Target itu target yang sangat padat, yang harus perfect, yang harus bekerja keras untuk kepentingan Jakarta.” (X-2)