Gubernur Jakarta tidak Harus Betawi Asli

MINIMNYA sosok asli Betawi yang bakal maju sebagai calon Gubernur DKI dirasa bukan masalah besar.

Sejarawan JJ Rizal menyebut, tidak ada kaitannya budaya Betawi yang tergerus dengan pemimpin yang berasal dari etnis yang sama. Bahkan, menurut dia, budaya Betawi makin hilang saat dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta yang berasal dari Betawi.

"Tidak ada kaitan antara cagubnya orang Betawi dengan masa depan dan nasib kebudayaan Betawi kalau cagubnya orang Betawi," tutur dia di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (6/3).

Rizal menambahkan, justru di dalam sejarah, ketika Jakarta dipimpin oleh orang Betawi asli, kebudayaan Betawi itu malah mengalami stagnansi, bukan kemajuan. Malah, yang bisa membangkitkan budaya Betawi adalah sosok Ali Sadikin yang notabene kelahiran Sumedang, Jawa Barat.

Rizal menjelaskan, pada tahun 1974, Ali memiliki nama besar dengan sukses membangun Jakarta. Kesuksesan membangun Jakarta versi Ali, lanjut Rizal, juga bukan hanya perkara pembangunan fisik, tapi juga batin.

Saat itu, tambah Rizal, Ali Sadikin mencari identitas kultural kota Jakarta yang sempat hilang. "Bang Ali nanya, sebenarnya identitas Jakarta itu apa? Karena banyak kultural di Jakarta. Bagaimana cara menentukan identitas kultural jakarta," tambahnya.

Sementara itu, seniman Betawi Mandra Naih menyebut, peluang orang Betawi asli untuk memimpin kembali Jakarta juga masih dalam wilayah abu-abu.

"Yang saya tahu, artinya, masih ada kekuatan-kekuatan poilitik yang belum sehat. Artinya buat orang Betawi, mau dilihat dulu posisi yang benar," kata dia.

Namun demikian, siapapun yang memimpin Jakarta, asalkan peduli dengan kebudayaan Betawi, ia tetap mendukung.

Saat disinggung apakah dirinya tertarik memimpin Jakarta, ia menampik hal tersebut."Nggak, gue mending jadi seniman aja," cetus Mandra. (X-2)