Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DELEGASI Indonesia berharap ajang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP-24) di Katowice, Polandia, dapat menghasilkan kesimpulan yang seimbang, komprehensif lalu dihasilkan dari proses yang transparan, inklusif, dan sesuai dengan keinginan peserta konferensi. Hasil konferensi juga diharap berlaku untuk semua dengan tetap mempertahankan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities.
Ini disampaikan oleh National Focal Point Indonesia untuk UNFCCC, Nur Masripatin, usai menghadiri penutupan persidangan the Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA), the Subsidiary Body for Implementation (SBI) dan the Ad Hoc Working Group on the Paris Agreement (APA) pada COP24 UNFCCC di Katowice, Sabtu malam (8/12) waktu setempat.
Selain itu, delegasi Indonesia juga menyambut baik kesimpulan persidangan SBSTA, SBI dan APA dengan proposal dari kesimpulan APA Co-Chairs-SBI-SBSTA, yang akan diteruskan untuk dipertimbangkan pada COP-24 UNFCCC, sebagai dasar untuk pertimbangan lebih lanjut dalam persidangan level menteri minggu depan.
SBSTA adalah salah satu dari dua badan pendukung permanen untuk Konvensi yang ditetapkan oleh COP/CMP. Ini mendukung kerja COP, CMP dan CMA melalui penyediaan informasi dan saran yang tepat waktu mengenai hal-hal ilmiah dan teknologi yang berkaitan dengan Konvensi, Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris.
SBSTA dan SBI bekerja bersama dalam isu-isu lintas sektoral yang menyentuh bidang keahlian, termasuk kerentanan negara berkembang terhadap perubahan iklim dan langkah-langkah respon, diskusi di bawah Mekanisme Teknologi, Komite Adaptasi. SBSTA dan SBI bertemu secara paralel, dua kali setahun. Sedangkan APA merupakan persidangan yang bersifat sementara untuk membahas persiapan implementasi dari pasal-pasal Paris Agreement.
Mewakili delegasi Indonesia, Nur Masripatin menyampaikan penghargaan kepada semua tim presidency dalam kepemimpinan dan upaya dalam memandu proses negosiasi untuk menyelesaikan Program Kerja Perjanjian Paris. “Penghargaan tulus kami juga diberikan kepada Kepresidenan COP untuk kepemimpinan dan kepada orang-orang Polandia atas keramahan mereka," kata Nur yang hadir bersama 196 negara lainnya.
Nur Masripatin mengatakan, setelah memperoleh berbagai masukan, tim sekretariat berhasil meramu semua masukan dan perhatian dari peserta. “Ini penting karena sebelum ke Persidangan Penutupan COP pada 14 Desember 2018 diperlukan pertemuan dengan para menteri untuk memfinalkan draft yang disusun selama seminggu ini yang kemudian akan disebut sebagai Katowice Outcome," jelas Nur Masripatin.
Baca Juga: Peran Indonesia di COP24
Dikatakannya, terdapat kemajuan negosiasi dalam hal fasilitasi and compliance, global stock take, serta common time frame untuk NDC. “Kami mencatat sejumlah masalah penting yang perlu diselesaikan, termasuk diferensiasi dalam kaitannya dengan ICTU dan accounting untuk NDC. Pada Kerangka Transparansi, Indonesia ingin menegaskan kembali bahwa perlu MPG yang komprehensif dan seimbang untuk Transparancy Framework antara tindakan dan dukungan, dan antar elemen dalam tindakan dan dalam dukungan," ucap Nur Masripatin.
“Penekanan kita dalam intervensi penutupan persidangan sangat penting karena ini merupakan isu-isu inti Perjanjian Paris dan sangat terkait dengan pelaksanaan NDC dalam negeri, apalagi substansi yang disusun ini menjadi bahan untuk Ministrial Level Meeting," lanjutnya.
Tentang non-PAWP, Indonesia menyambut baik kesimpulan tentang kerja bersama Koronivia tentang pertanian serta gender dan perubahan iklim . “Kami juga senang bahwa dapat tercapai konsensus tentang 'komunitas lokal dan platform masyarakat adat'. Platform ini kami harap dapat lebih meningkatkan peran LCIP dalam agenda aksi iklim," tegas Nur.
Dengan prinsip bahwa 'tidak ada yang disetujui sampai semuanya disepakati', delegasi Indonesia yakin semua pihak akan mempertahankan komitmen untuk mencapai hasil nyata dalam Katowice. “"Indonesia berharap terus mendukung kepemimpinan Anda dengan bekerja sama secara konstruktif dengan para pihak lainnya," kata Nur menutup Intervensi Indonesia pada penutupan yang dihadiri lebih dari 1.000 orang. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved