Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENGUNJUNG Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP24) di Katowice, Polandia, memadati Paviliun Indonesia belum lama ini untuk mengikuti talkshow bertema Xylarium Bogoriense 1915: Variation in Carbon Storage Among Wood Species.
Xylarium Bogoriense merupakan xylarium nomor satu di dunia dan menjadi salah satu kebanggaan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain sebagai rujukan utama dalam identifikasi kayu, Xylarium Bogoriense juga menyimpan banyak manfaat strategis, antara lain mendukung upaya mitigasi dan penyimpanan stok karbon.
Xylarium Bogoriense juga merupakan xylarium dengan jumlah spesimen otentik terbesar di dunia (193.858 spesimen otentik, 110 suku, 785 marga dan 3.667 species). Hal tersebut telah diakui oleh International Assosiation of Wood Anatomists (IAWA). Basis data Xylarium Bogoriense jadinya bermanfaat besar sebagai sumber informasi ilmiah jenis kayu, pemetaan jenis kayu, dan bahan rujukan utama dalam identifikasi kayu bagi lembaga penegak hukum, bea dan cukai, praktisi dan akademis
"Terdapat kaitan yang sangat erat antara keragaman jenis kayu dan penyerapan karbon. Oleh karenanya, hal tersebut merupakan topik penting yang harus dikembangkan untuk mendukung aksi mitigasi perubahan iklim," ujar Kepala BLI, Agus Justianto saat membuka talkshow.
Sedangkan peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Krisdianto menyebut Xylarium Bogoriense memiliki manfaat strategis untuk perhitungan kandungan karbon dalam kayu dan produk kayu.
"Bahkan, Xylarium Bogoriense ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan faktor emisi Indonesia dan memprediksi pola perubahan iklim ke depan,” jelas Krisdianto.
Manfaat AIKO
Talkshow itu juga membahas tentang Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) yang dikembangkan dengan menggunakan basis data Xylarium Bogoriense. AIKO, hasil kerjasama penelitian antara P3HH dan Pusat Penelitian Informatika (P2I) LIPI, adalah alat identifikasi kayu otomatis berbasis computer vision. Keunggulannya, AIKO mampu memangkas waktu identifikasi kayu hingga hitungan detik, yang selama ini dilakukan secara manual dan memerlukan waktu 1-2 minggu.
“AIKO dapat mendukung peningkatan kinerja pelaku usaha dan industri perkayuan, meningkatkan PNBP, dan utamanya membantu mempercepat proses penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan, terutama dalam penyelesaian konflik penentuan jenis kayu,” ungkap Ratih Damayanti, peneliti P3HH.
Kepala P3HH Dwi Sudharto, yang turut hadir dalam COP24 tersebut mengharapkan agar Xylarium Bogoriense dapat terus dikembangkan dan diperkaya dengan data dan informasi. Dengan demikian kemanfaatannya akan semakin meningkat, dan AIKO dapat segera diaplikasikan secara luas. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved