Turki Ajak Rusia Gempur IS

TURKI menawarkan kerja sama dengan Rusia untuk menggelar operasi bersama menyerang Islamic State (IS) di Suriah. Tawaran itu menegaskan makin eratnya hubungan kedua negara setelah pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pekan ini.

"Kami akan membahas semuanya secara terperinci. Kami mengajak Rusia untuk melancarkan operasi anti-Daesh bersama-sama," ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dengan menggunakan sebutan IS dalam bahasa Arab dalam wawancara dengan televisi swasta NTV, Kamis (11/8).

Cavusolgu mengatakan IS di Suriah merupakan musuh bersama kedua negara yang harus diperangi. "

Erdogan mengunjungi Kota Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia, Selasa (9/8). Itu merupakan pertemuan pertama sejak kudeta yang gagal terhadapnya 15 Juli lalu dan setelah penembakan pesawat jet tempur Rusia oleh pasukan udara Turki di perbatasan dengan Suriah.

Tawaran kerja sama itu disambut hangat deputi menlu Rusia Mikhail Bogdanov. "Turki adalah mitra yang sangat penting. Kami sangat gembira dengan apa yang disampaikan Cavusoglu," katanya seperti dilaporkan kantor berita Tass.

Rusia saat ini tengah memerangi kelompok IS di Raqqa, Suriah, yang telah menjadi benteng kelompok itu. Serangan terbaru Rusia Kamis (11/8) menewaskan sedikitnya 20 warga sipil, demikian menurut kelompok aktivis setempat, Raqqa is Being Slaughtered Silently.

Namun kelompok Pemantau untuk Hak Asasi Suriah mengatakan serangan tersebut menewaskan 24 orang. Selain mengenai warga sipil juga menghancurkan kilang minyak dan suplai air kota itu. Kedua kelompok mengatakan serangan itu diluncurkan oleh jet-jet tempur Rusia.

Sebaliknya, militer Rusia mengatakan enam pesawat pengebom jarak jauh milik mereka telah diterbangkan dari pangkalan mereka di Rusia untuk menyerang fasilitas-fasilitas IS di dekat Raqqa. Namun mereka tidak menyebutkan korban di pihak warga sipil. Militer Rusia hanya mengatakan serangan itu menghancurkan gudang amunisi, pabrik senjata kimia dan kamp pelatihan IS. (AP/AFP/OL-2)