KBRI Turki Terus Upayakan Pembebasan Pelajar Indonesia

JURU bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Arrmanatha Nasir, mengungkapkan penahanan Handika Latitude Saputra, mahasiswa asal Indonesia, oleh kepolisian Turki sejak 3 Juni lalu masih dalam upaya pembebasan.

"KBRI terus minta bantuan, baik bantuan hukum dan secara reguler bertemu dan masih dalam prosedur hukum," ungkapnya ditemui di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta, Kamis (11/8).

Handika memang masih dalam tuduhan melakukan tindakan teroris aliran Fethullah Gulen.

Upaya-upaya yang selama ini dilakukan KBRI di Turki sudah beragam, mulai dari dukungan dari segi pengacara, pendampingan hukum, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sebut saja, kata Arrmanatha, kebutuhan penerjemah dan kunjungan rutin untuk memberi makanan dan kebutuhan pribadi lainnya.

"Sudah ada protap (prosedur tetap) otomatis bila ada WNI mengalami kesulitan, itu sudah ada protap," tutur Tata, sapaan akrab Arrmanatha.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Turki, Azwir Nazar, menyatakan pelajar Indonesia memang terjebak di tengah-tengah kisruh politik Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Gulen.

Nasib pendidikan dan beasiswa tidak tertolong jika meninggalkan Hizmet atau Gerakan Gulen sebagai gerakan sosial dan pendidikan. Pelajar Indonesia perlu kepastian nasib beasiswa dan pendidikan yang tidak akan tertolong jika meninggalkan Hizmet.

"Terutama karena pelajar Indonesia di Turki lebih dari 30% penerima beasiswa Yayasan Gulen," tandas Azwir. (OL-5)